Pasca-Silaturahmi Prabowo-Megawati, PSI dan PDIP Saling Sindir Soal Pertemuan Tokoh Bangsa

Pasca-Silaturahmi Prabowo-Megawati, PSI dan PDIP Saling Sindir Soal Pertemuan Tokoh Bangsa

Setelah pertemuan antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, tensi antara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan PDIP kembali meningkat. Pemicunya adalah dorongan PSI agar Megawati juga menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh politik lainnya, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi). Dorongan ini ditanggapi sinis oleh politisi PDIP, yang mempertanyakan motif di balik usulan tersebut.

Pertemuan Prabowo dan Megawati sendiri berlangsung pada Senin (7/4) malam di kediaman Megawati di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Pertemuan yang berlangsung selama sekitar 1,5 jam itu dikonfirmasi oleh Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, sebagai ajang silaturahmi Idul Fitri. Dasco menggambarkan suasana pertemuan sebagai hangat dan akrab, mencerminkan hubungan baik yang selama ini terjalin antara Prabowo dan Megawati.

PSI Mendorong Pertemuan Lintas Tokoh

Wakil Ketua Umum DPP PSI, Andy Budiman, menyambut positif pertemuan Prabowo-Megawati. Ia bahkan mendorong Megawati untuk membuka diri terhadap pertemuan dengan SBY dan Jokowi. Menurutnya, pertemuan antar tokoh bangsa akan menciptakan suasana politik yang lebih kondusif. "Jika pertemuan dengan Pak SBY dan Pak Jokowi terjadi, pasti membuat suasana semakin baik dan kondusif. Masyarakat butuh teladan dari para pemimpin bangsa," ujarnya.

PDIP Merespons dengan Sentilan

Namun, dorongan PSI ini justru memicu respons keras dari politisi PDIP, Guntur Romli. Ia mempertanyakan motif PSI, terutama mengingat rekam jejak salah satu kader PSI, Ade Armando, yang dinilai kerap melontarkan kritik pedas terhadap Megawati. "Apa motif PSI tiba-tiba mau mendorong pertemuan Ibu Megawati dengan Pak SBY dengan Jokowi, padahal kader PSI seperti Ade Armando sering menyerang dan memfitnah Ibu Megawati," kata Guntur Romli.

Guntur Romli menegaskan bahwa Megawati tidak pernah menutup diri dari kunjungan siapapun. Ia mencontohkan kunjungan Prabowo sebagai bentuk silaturahmi sahabat dekat yang sesuai dengan tata krama ketimuran. Ia juga menambahkan bahwa putra-putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro (Ibas), juga sering mengunjungi Megawati.

"Terkait pertemuan, Ibu Megawati tidak pernah menutup diri untuk dikunjungi oleh siapa pun, apalagi dalam momen Lebaran, seperti kunjungan Pak Prabowo yang dimaknai sebagai kunjungan sahabat dekat yang sesuai tata krama ketimuran, yang muda mengunjungi yang lebih tua, makanya kunjungan itu tertutup karena silaturahim personal persahabatan," ucapnya.

PDIP Sindir Jokowi

Lebih lanjut, Guntur Romli justru menyindir Jokowi yang dinilai sudah tidak pernah lagi mengunjungi Megawati. Ia mengibaratkan Jokowi seperti 'habis manis sepah dibuang'.

"Yang aneh itu Jokowi dan keluarganya, kalau dulu sering berkunjung mungkin, segala cara dipakai untuk mengambil hati Ibu Megawati, karena ada kepentingan dukungan dan kekuasaan, tapi ibarat habis manis sepah dibuang, atau air susu dibalas air tuba, tidak seperti Pak Prabowo dan keluarganya meski ada perbedaan politik dengan PDI Perjuangan tapi tetap hangat dan dekat dengan Ibu Megawati," tuturnya.

Guntur Romli pun meminta PSI untuk tidak bersikap munafik dengan mendorong pertemuan antara Megawati dan Jokowi, sementara di sisi lain, kader PSI justru kerap menyerang Megawati. "Kami juga tidak berharap dikunjungi Jokowi dan keluarganya, hanya saja jangan mengada-ada mendorong pertemuan, tapi di sisi lain melakukan pengkhianatan dan kekasaran yang nyata," imbuhnya.

Implikasi Politik

Saling sindir antara PSI dan PDIP ini menunjukkan bahwa meskipun Prabowo dan Megawati telah bertemu, perbedaan pandangan politik antara partai-partai pendukungnya masih cukup signifikan. Dorongan PSI untuk pertemuan lintas tokoh, meski bertujuan untuk meredakan tensi politik, justru menjadi bumerang dan memperdalam keretakan hubungan dengan PDIP. Insiden ini juga menyoroti kompleksitas hubungan antara PDIP dan Jokowi pasca-pemilu, di mana dukungan politik yang pernah diberikan kini tampaknya berbuah kekecewaan.