Viral: Pelanggan Singapura Kecewa Ongkos Kirim Ojol Tak Masuk Akal untuk Jarak Dekat
Keluhan Pelanggan Singapura Terkait Ongkos Kirim Ojol yang Tak Wajar
Layanan pesan antar makanan melalui aplikasi ojek online (ojol) menawarkan kemudahan bagi konsumen. Namun, tak jarang pengalaman yang didapatkan tidak sesuai harapan. Seorang wanita di Singapura baru-baru ini membagikan pengalamannya yang kurang menyenangkan terkait ongkos kirim (ongkir) yang dinilai tidak masuk akal untuk jarak yang relatif dekat.
Kimberly, nama wanita tersebut, menceritakan pengalamannya melalui akun media sosial Facebook. Ia memesan makanan dari restoran Mun Ting Xiang yang berlokasi di The Midtown, Upper Serangoon Road. Total pesanannya terdiri dari lima porsi makanan dengan nilai sekitar Rp 780.000. Namun, ia terkejut ketika melihat tagihan ongkos kirim sebesar Rp 90.000.
Hal yang membuatnya semakin kecewa adalah jarak antara rumahnya dan restoran tersebut hanya sekitar 1 kilometer. Selain biaya pengiriman yang mahal, waktu pengiriman juga sangat lama. Kimberly menjelaskan bahwa ia memesan makan malam sekitar pukul 18.15, tetapi pesanan terus ditunda dari perkiraan awal pukul 19.40 menjadi 20.10. Dengan kata lain, dibutuhkan waktu hampir dua jam bagi pengemudi ojol untuk mengantarkan pesanannya.
"Saya memesan makan malam sekitar pukul 18.15. Namun, pesanan saya terus ditunda dari yang seharusnya pukul 19.40 menjadi 20.10," ujarnya.
Kimberly juga mengeluhkan biaya layanan tambahan sebesar Rp 87.500 yang tertera pada struk pemesanan. Ia merasa bahwa biaya tersebut tidak sepadan dengan pelayanan yang lambat dan kurang memuaskan. Kimberly kemudian mengajukan komplain kepada pihak Grab, penyedia layanan ojol yang ia gunakan.
Respon Grab dan Kekecewaan yang Berlanjut
Pihak Grab menanggapi keluhan Kimberly dengan menawarkan pengembalian dana (refund) sebesar Rp 62.500 sebagai kompensasi atas ketidaknyamanan yang dialaminya. Namun, Kimberly menegaskan bahwa masalah utamanya bukan tentang uang, melainkan tentang kualitas pelayanan yang seharusnya diberikan.
Ia mempertanyakan mengapa ia harus membayar biaya yang mahal sementara pengemudi ojol dibebani dengan terlalu banyak pesanan, sehingga menyebabkan keterlambatan pengiriman. Kimberly berpendapat bahwa setiap pengemudi sebaiknya hanya menerima satu atau dua pesanan sekaligus agar pengiriman dapat dilakukan tepat waktu dan efisien.
Menurutnya, sistem dengan banyak orderan yang dibebankan kepada satu pengemudi sangat merugikan konsumen. Keterlambatan pengiriman tidak hanya mengurangi kualitas makanan tetapi juga menimbulkan kekecewaan.
Kasus yang dialami Kimberly ini menjadi viral di media sosial dan memicu perdebatan tentang tarif dan kualitas layanan ojol. Banyak warganet yang merasa senasib dengan Kimberly dan mengeluhkan mahalnya ongkos kirim, terutama untuk jarak yang dekat. Kejadian ini menjadi pengingat bagi penyedia layanan ojol untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan dan memastikan tarif yang dikenakan sesuai dengan jarak dan waktu pengiriman.