Menelisik Hakikat Amal dan Takdir: Refleksi Kehidupan Dunia dan Akhirat

Menelisik Hakikat Amal dan Takdir: Refleksi Kehidupan Dunia dan Akhirat

Dalam labirin kehidupan, manusia dihadapkan pada dua konsep krusial yang saling terkait: amal dan takdir. Amal, sebagai perwujudan tindakan nyata dengan niat tulus, menjadi fondasi bagi kebaikan yang terpancar kepada sesama dan masyarakat. Sementara takdir, sebagai garis yang telah ditetapkan, sering kali menimbulkan pertanyaan tentang peran manusia dalam menentukan arah hidupnya.

Hakikat Amal dalam Pandangan Islam

Amal, dalam perspektif Islam, bukan sekadar serangkaian tindakan mekanis. Ia merupakan manifestasi dari keimanan yang mendalam, diwujudkan melalui perbuatan baik yang membawa manfaat bagi orang lain. Keutamaan sebuah amal terletak pada ketulusan niat dan keselarasan dengan tuntunan agama. Salah satu amalan yang paling utama adalah yang mampu mengendalikan hawa nafsu, sebuah perjuangan internal yang tak kenal henti.

Sebuah surat dari Umar bin Abdul Aziz kepada Hasan Bashri, seorang ulama terkemuka, menjadi cermin bagi kita untuk merenungkan hakikat dunia dan akhirat. Hasan Bashri menggambarkan dunia sebagai mimpi dan akhirat sebagai kenyataan, dengan kematian sebagai jembatan di antara keduanya. Dalam mimpi duniawi, manusia sering kali terlena dan melupakan tujuan akhirat. Namun, bagi mereka yang mampu menghisab diri dan melihat akibat dari setiap tindakan, keselamatanlah yang akan diraih.

Nasihat Bijak di Tengah Arus Duniawi

Nasihat Hasan Bashri sangat relevan dengan kondisi zaman sekarang, di mana dunia dengan segala gemerlapnya sering kali membutakan mata hati. Harta, keluarga, dan kedudukan, yang diibaratkan sebagai mimpi, sering kali menjadi tujuan utama, mengalahkan prioritas akhirat. Akibatnya, manusia berlomba-lomba meraih kekuasaan dengan cara yang tidak terpuji, melupakan tuntunan agama, bahkan menjadikan ibadah sebagai bahan candaan. Tindakan seperti itu bukanlah amal, melainkan perbuatan yang berpamrih dan hanya mengejar kenikmatan duniawi sesaat. Ingatlah, setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat.

Amalan yang Dicintai Allah SWT

Rasulullah SAW telah memberikan panduan tentang amalan-amalan yang dicintai Allah SWT, di antaranya:

  • Shalat tepat waktu: Melaksanakan shalat pada awal waktu, segera setelah adzan dikumandangkan, menunjukkan kecintaan dan kepatuhan seorang hamba kepada Rabb-Nya.
  • Berbakti kepada kedua orang tua: Berbakti kepada orang tua, baik saat mereka masih hidup maupun setelah meninggal dunia, merupakan wujud syukur atas kasih sayang dan pengorbanan mereka. Mendoakan mereka adalah bentuk bakti yang tak terputus.
  • Jihad fi sabilillah: Jihad tidak hanya terbatas pada perang fisik, tetapi juga mencakup upaya sungguh-sungguh dalam menegakkan agama Allah SWT, seperti menuntut ilmu dan membantu masyarakat keluar dari kemiskinan.

Keterkaitan Takdir dan Amal

Hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA menjelaskan tentang hubungan antara takdir dan amal. Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap manusia telah ditetapkan tempatnya di surga atau neraka. Namun, hal ini bukan berarti manusia boleh pasrah tanpa beramal. Rasulullah SAW menegaskan bahwa orang yang ditetapkan sebagai penghuni surga akan dimudahkan untuk melakukan amalan-amalan yang membawa ke surga, dan sebaliknya.

Oleh karena itu, beramallah dengan sungguh-sungguh, karena setiap orang akan dimudahkan sesuai dengan takdirnya. Jangan menjadi pemalas, karena kemalasan bukanlah tuntunan Rasulullah SAW. Bagi mereka yang diberi amanah dengan kedudukan strategis, jadikanlah posisi itu sebagai peluang untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat, bukan untuk memperkaya diri sendiri.

Doa Penutup

Ya Allah, jadikanlah segala urusanku berakhir dengan kebaikan, dan lindungilah aku dari kesengsaraan di dunia maupun siksa di akhirat kelak. Aamiin.

Aunur Rofiq

Penulis adalah Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.