Narkoba di Papua Selatan: Sabu Jadi Alat Tukar dengan Emas di Boven Digoel
Pertambangan Papua Selatan Jadi Pasar Menggiurkan Narkoba, Sabu Ditukar Emas
Kepolisian Daerah Papua mengungkapkan bahwa peredaran narkotika jenis sabu di wilayah Papua, khususnya Papua Selatan, semakin memprihatinkan. Kawasan pertambangan, yang kaya akan sumber daya alam, justru menjadi lahan subur bagi peredaran barang haram ini. Modus operandi yang digunakan pun terbilang unik, yaitu dengan menukar sabu dengan emas.
Komisaris Besar Polisi Alfian, Direktur Reserse Narkoba Polda Papua, menjelaskan bahwa sabu lebih banyak beredar di kawasan pertambangan dibandingkan di perkotaan, di mana ganja lebih dominan. "Sabu ini cenderung peredarannya di kawasan pertambangan," ujarnya. Polisi tidak menuding keterlibatan karyawan secara langsung, tetapi mengakui bahwa peredaran narkoba terjadi di wilayah tersebut.
Sabu: Pendorong Semangat Kerja Ilegal
Salah satu alasan mengapa sabu diminati di kalangan pekerja tambang adalah karena efeknya yang dianggap dapat memacu semangat kerja. "Alasannya biar mereka enak saat kerja saja, bisa nyaman kerja, bisa sampai pagi kerjanya," jelas Alfian. Dengan mengonsumsi sabu, para pekerja merasa lebih berenergi dan mampu bekerja dalam waktu yang lama, meskipun efek samping negatifnya sangat merugikan kesehatan.
Boven Digoel: Barter Sabu dengan Emas
Selain Mimika, peredaran sabu juga terdeteksi di wilayah pertambangan lain, seperti Boven Digoel, Papua Selatan. Para pelaku menggunakan alamat palsu dalam setiap pengiriman sabu untuk mengelabui petugas. Namun, yang lebih mengejutkan adalah modus transaksi yang digunakan. Di Boven Digoel, sabu tidak diperjualbelikan dengan uang tunai, melainkan ditukar dengan emas. "Barter emas, tidak uang. Jadi sabu-sabu dibarter emas berapa gram," ungkap Alfian.
Mayoritas Pengguna Sabu Non-Papua
Berdasarkan data yang dihimpun oleh kepolisian, mayoritas pengguna sabu di Papua adalah masyarakat non-Papua, sementara pengguna ganja didominasi oleh pemuda lokal. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pola konsumsi narkotika antara kelompok masyarakat yang berbeda di Papua.
Jaringan Peredaran Sabu Meluas
Selain Boven Digoel, peredaran sabu juga ditemukan di wilayah lain di Papua Selatan, seperti Kabupaten Merauke, serta di Biak Numfor, Papua, hingga Nabire, Papua Tengah. Sementara itu, ganja lebih banyak beredar di Kabupaten Yahukimo, Kota Jayapura, dan Pegunungan Bintang. Sabu masuk ke Papua dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Makassar, Surabaya, dan Madura. Bahkan, ada indikasi sabu yang masuk dari Malaysia melalui Makassar.
Papua Bukan Tujuan Utama Bandar Narkoba
Kepolisian menegaskan bahwa Papua bukanlah tujuan utama bagi bandar narkoba, melainkan hanya sebagai tempat peredaran. Tujuan utama bandar narkoba adalah kota-kota besar seperti Makassar, Jakarta, Medan, Manado, hingga Riau. "Papua bukan tujuan utama bandar sabu, tapi pengguna dan peredaran saja," pungkas Alfian. Meski demikian, peredaran narkoba di Papua tetap menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian dan penanganan yang komprehensif dari berbagai pihak.
Upaya Pemberantasan Narkoba Terus Ditingkatkan
Polda Papua terus berupaya meningkatkan upaya pemberantasan narkoba di seluruh wilayah Papua. Berbagai operasi penangkapan dan penyidikan dilakukan untuk mengungkap jaringan peredaran narkoba dan menangkap para pelaku. Selain itu, kepolisian juga bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, untuk melakukan sosialisasi dan edukasi tentang bahaya narkoba kepada masyarakat. Diharapkan dengan upaya yang berkelanjutan, peredaran narkoba di Papua dapat ditekan dan generasi muda Papua dapat diselamatkan dari ancaman narkoba.
Berikut adalah beberapa poin penting dari berita ini:
- Kawasan pertambangan di Papua Selatan menjadi target peredaran sabu.
- Sabu ditukar dengan emas di Boven Digoel.
- Mayoritas pengguna sabu adalah masyarakat non-Papua.
- Jaringan peredaran sabu meluas ke berbagai wilayah di Papua.
- Papua bukan tujuan utama bandar narkoba.