Strategi Manggarai Barat: Prioritaskan Keberlanjutan Pariwisata Labuan Bajo di Atas Kuantitas Pengunjung
Manggarai Barat Fokus pada Keberlanjutan Pariwisata Labuan Bajo Melalui Pembatasan Pengunjung
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat mengambil langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan pariwisata di Labuan Bajo dengan memprioritaskan kualitas dan kelestarian lingkungan di atas peningkatan jumlah kunjungan semata. Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, menegaskan bahwa fokus utama adalah mewujudkan pariwisata berkelanjutan yang memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.
"Pariwisata bukan hanya tentang mengejar angka kunjungan. Yang terpenting adalah bagaimana kita menciptakan pariwisata yang berkelanjutan. Untuk itu, kolaborasi adalah kunci," ujar Edistasius dalam sebuah acara di Waterfront City, Labuan Bajo.
Penerapan Carrying Capacity dan Kolaborasi Antar Kementerian
Salah satu langkah konkret yang akan diambil adalah penerapan carrying capacity atau pembatasan jumlah pengunjung di destinasi-destinasi wisata, terutama di wilayah perairan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif aktivitas pariwisata terhadap ekosistem laut yang rapuh.
Untuk mewujudkan hal ini, Pemkab Manggarai Barat menggandeng berbagai pihak, termasuk:
- Pemerintah Provinsi NTT
- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
- Kementerian Perhubungan
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
- Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kolaborasi lintas sektoral ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang komprehensif dan efektif dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kualitas pariwisata.
"Tujuannya adalah mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Contohnya, di Manta Point, jika ada terlalu banyak kapal pinisi yang berlabuh, manta akan menghindar. Ini menunjukkan pentingnya penerapan carrying capacity," jelas Edistasius.
Peningkatan Kualitas SDM dan Pengembangan Desa Wisata
Selain pembatasan pengunjung, Pemkab Manggarai Barat juga berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata melalui program Fasmadewi di desa-desa wisata. Program ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat lokal agar dapat terlibat aktif dalam industri pariwisata dan merasakan manfaat ekonomi secara langsung.
"Kami berharap pariwisata tidak hanya terpusat di spot-spot tertentu, tetapi juga berkembang di desa-desa, sehingga memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat," kata Edistasius.
Pengembangan desa wisata juga menjadi fokus utama untuk mendiversifikasi daya tarik wisata dan mengurangi tekanan pada destinasi-destinasi populer.
Kemitraan Strategis untuk Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo membutuhkan kemitraan strategis tidak hanya dengan Kementerian Pariwisata, tetapi juga dengan kementerian lain yang terkait dengan sektor ini. Dengan sinergi antarlembaga, diharapkan Labuan Bajo dapat menjadi model destinasi pariwisata yang tidak hanya indah dan menarik, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.