Krisis Anestesi di RSUD Maumere: Polemik Dokter Mundur Berujung Maut dan Kemarahan Gubernur NTT
Krisis Anestesi di RSUD Maumere: Polemik Dokter Mundur Berujung Maut dan Kemarahan Gubernur NTT
Kasus kekurangan dokter anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tc Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah memicu serangkaian masalah serius, mencapai puncaknya dengan meninggalnya seorang ibu hamil dan kemarahan Gubernur NTT. Kekosongan ini, yang dimulai sejak Februari 2025, merupakan imbas dari pengunduran diri dua dokter anestesi, Remidazon Rudolfus Riba dan Evi, masing-masing pada 31 Desember 2024 dan 31 Januari 2025.
Rangkaian Peristiwa Tragis
Upaya Pemerintah Kabupaten Sikka untuk menutupi kekurangan tenaga medis dengan meminjam dokter anestesi dari RSUD Labuan Bajo ternyata tidak menyelesaikan masalah secara permanen. Tragedi kemudian menimpa Maria Yunita (36), seorang ibu hamil yang meninggal dunia di IGD RSUD Tc Hillers pada Rabu, 9 April 2025. Keluarga pasien, YG, menceritakan bahwa Maria awalnya dibawa ke Puskesmas Beru pada pagi hari dan dirujuk ke RSUD pada sore hari. Meskipun kondisinya stabil saat tiba di rumah sakit, ketiadaan dokter anestesi menjadi penghalang utama penanganan medis.
Pihak rumah sakit sempat berencana merujuk Maria ke rumah sakit lain di Larantuka, Ngada, dan Bajawa, namun rencana ini terus tertunda. Informasi yang simpang siur dari pihak rumah sakit menambah kebingungan keluarga, sementara kondisi Maria terus memburuk hingga akhirnya meninggal dunia. Keluarga pasien mempertanyakan bagaimana sebuah rumah sakit pemerintah bisa kekurangan dokter anestesi, tenaga medis vital dalam penanganan kasus-kasus darurat.
Kemarahan Gubernur dan Tuntutan Pencabutan Izin Praktik
Kematian Maria Yunita memicu reaksi keras dari Gubernur NTT, Melkiades Laka Lena. Ia mendesak Menteri Kesehatan untuk mencabut Surat Izin Praktik (SIP) dokter Remidazon Rudolfus Riba dan Evi, menuding keduanya menuntut tunjangan yang sangat besar di luar kemampuan keuangan Kabupaten Sikka, sehingga menyebabkan pasien meninggal dunia. Gubernur menyatakan bahwa mediasi yang dilakukan oleh Bupati Sikka dan pihak rumah sakit tidak membuahkan hasil karena kedua dokter tersebut tetap bersikeras dengan tuntutan tunjangan mereka.
Melkiades juga khawatir bahwa jika tuntutan kedua dokter tersebut dipenuhi, akan berdampak domino terhadap dokter spesialis anestesi di seluruh Indonesia. Pemerintah Provinsi NTT saat ini berupaya mendatangkan dua dokter spesialis anestesi pengganti. Gubernur menyesalkan kejadian ini, menyatakan kesedihannya atas kematian pasien yang disebabkan oleh masalah tunjangan.
Klarifikasi Dokter Anestesi yang Dituduh
Menanggapi tudingan Gubernur, Dokter Remidazon menjelaskan bahwa penerbitan SIP merupakan wewenang dinas kesehatan berdasarkan Surat Tanda Registrasi (STR). Ia menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki kaitan dengan kematian Maria Yunita karena sudah tidak lagi bekerja di RSUD Tc Hillers sejak 31 Desember 2024. Ia juga menyebutkan bahwa pada awal Februari, pihak rumah sakit melaporkan dirinya dan Evi ke Kementerian Kesehatan agar STR mereka dicabut, yang kemudian diproses oleh Konsil Kesehatan Indonesia (KKI). Hasilnya, KKI menyatakan bahwa mereka tidak melakukan pelanggaran SOP berat, sehingga SIP dan STR mereka tetap berlaku.
Remidazon menambahkan bahwa Kementerian Kesehatan telah memutuskan pada 17 Maret 2025 bahwa dirinya dan Evi boleh bekerja di tempat lain. Ia mengakui masih memiliki tunggakan dua tahun pengabdian di NTT karena dibiayai oleh Kemenkes untuk mengambil spesialisasi anestesi, namun bukan di RSUD Tc Hillers. Dokter Evi sendiri telah mengabdi selama lebih dari enam tahun, melebihi masa wajib pengabdian.
Remidazon membantah bahwa pengunduran diri mereka disebabkan oleh permintaan insentif yang tinggi. Ia menjelaskan bahwa Kemenkes pernah meminta manajemen rumah sakit dan pemerintah daerah untuk mengevaluasi beban kerja dan kinerja dokter, namun hal ini tidak pernah ditindaklanjuti. Ia berpendapat bahwa evaluasi beban kerja dan kinerja sangat penting untuk menentukan besaran insentif yang adil bagi dokter.
Daftar Poin Penting:
- Kekurangan dokter anestesi di RSUD Tc Hillers Maumere sejak Februari 2025.
- Pengunduran diri dua dokter anestesi, Remidazon Rudolfus Riba dan Evi.
- Kematian Maria Yunita, seorang ibu hamil, akibat ketiadaan dokter anestesi.
- Kemarahan Gubernur NTT dan tuntutan pencabutan SIP kedua dokter.
- Klarifikasi dari dokter Remidazon yang membantah tudingan dan menjelaskan alasan pengunduran diri.
- Peran Kemenkes dalam evaluasi beban kerja dan kinerja dokter.
- Polemik tunjangan dokter spesialis dan kemampuan keuangan daerah.