Jembatan Emas Bangka Belitung Nonaktif, Pengguna Jalan Terpaksa Cari Alternatif

Pangkalpinang, Bangka Belitung – Jembatan Emas, yang secara resmi bernama Jembatan Eko Maulana Ali Suroso, kini tidak lagi beroperasi sebagai penghubung antara Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka. Struktur ikonik ini, yang sempat menjadi kebanggaan masyarakat setempat, saat ini hanya berfungsi sebagai monumen dengan bagian tengahnya dalam posisi terbuka permanen. Kondisi ini telah berlangsung selama lebih dari satu tahun, menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan yang harus mencari rute alternatif.

Menurut informasi dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bangka Belitung, jembatan ini belum dapat difungsikan kembali. Kepala dinas setempat, Jantani Ali, enggan memberikan penjelasan rinci mengenai penyebab ketidakaktifan jembatan tersebut. "Kami masih menunggu arahan lebih lanjut dari pimpinan," ujarnya singkat. Sementara itu, posisi terbuka jembatan dinilai menguntungkan bagi lalu lintas kapal di pelabuhan setempat, karena tidak lagi terhambat oleh jadwal buka-tutup jembatan.

Berikut beberapa dampak yang dirasakan akibat nonaktifnya Jembatan Emas:

  • Peningkatan kemacetan: Pengendara harus melalui rute alternatif seperti Semabung dan Selindung, yang dikenal padat.
  • Waktu tempuh lebih lama: Rute alternatif memakan waktu lebih banyak dibandingkan jika menggunakan jembatan.
  • Keluhan pengguna jalan: Sopir travel dan masyarakat umum mengeluhkan ketidakefisienan transportasi.

Jembatan ini dibangun dengan anggaran mencapai Rp 400 miliar sepuluh tahun lalu dan membutuhkan biaya operasional tahunan sebesar Rp 600 juta untuk mekanisme buka-tutupnya. Pembangunannya sempat menuai kontroversi karena dianggap tidak efektif dan membebani anggaran daerah. Kini, area sekitar jembatan juga mulai dipadati oleh pedagang kaki lima, memperparah kondisi lalu lintas di sekitarnya.