Wabah Antraks di Gunungkidul: Daging Ternak Terinfeksi Beredar ke Pasar Luar Daerah
Gunungkidul, DI Yogyakarta – Sebanyak 26 ekor hewan ternak di Kabupaten Gunungkidul dinyatakan positif terinfeksi antraks berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Yang mengkhawatirkan, sebagian besar ternak tersebut telah disembelih dan dagingnya didistribusikan ke sejumlah daerah di luar wilayah setempat, menyulitkan upaya penelusuran oleh otoritas terkait.
Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, kasus ini teridentifikasi di dua lokasi utama, yaitu Kalurahan Tileng (Kapanewon Girisubo) dan Kalurahan Bohol (Kapanewon Rongkop). "Mayoritas hewan yang terinfeksi sudah tidak berada di lokasi. Kami hanya menemukan satu ekor yang masih utuh, sementara lainnya telah dipotong dan diperdagangkan," jelas Wibawanti pada Selasa (15/4/2025).
Detail Kasus dan Langkah Penanganan
- Jenis Ternak Terinfeksi: 23 ekor sapi dan 3 ekor kambing.
- Asal Muasal Wabah: Diduga bermula dari kematian mendadak seekor induk kambing di Tileng pada awal Februari 2025.
- Tindakan Sterilisasi: Tim gabungan telah menyemprotkan 500 liter larutan formalin di area kandang dan rute distribusi daging untuk mencegah penyebaran spora antraks.
Proses pemotongan hewan di lokasi kandang serta pengangkutan daging secara tradisional turut memperparah situasi. "Darah yang menetes di sepanjang jalan berpotensi menjadi media penularan. Kami harus melakukan sterilisasi ekstra," tambah Wibawanti.
Upaya Pencegahan dan Kendala Sosialisasi
Pemerintah setempat telah menggalakkan vaksinasi massal dan penyuntikan antibiotik pada ternak di zona risiko. Namun, respons masyarakat tidak seragam. Sebagian peternak menolak intervensi medis dengan alasan tertentu. Capaian vaksinasi per wilayah:
- Tileng: 27 sapi dan 15 kambing.
- Bohol: 103 sapi dan 233 kambing.
Sebelas tim khusus juga dikerahkan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat, terutama di daerah yang pernah mengalami kejadian serupa. Namun, ketertutupan warga mengenai alur distribusi daging terinfeksi menjadi tantangan tersendiri. "Mereka enggan memberi informasi ke mana daging dijual," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono.