Misteri Identitas dan Tempat Peristirahatan Terakhir Pangeran Jayakarta
Pangeran Jayakarta merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Jakarta yang dikenal sebagai pemimpin yang gigih melawan kolonialisme Belanda. Meskipun namanya kerap disebut dalam berbagai literasi sejarah, detail mengenai kehidupan pribadinya, termasuk nama asli dan tempat pemakamannya, masih menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan.
Nama dan Identitas yang Masih Kabur
Beberapa sumber menyebutkan bahwa nama asli Pangeran Jayakarta adalah Tubagus Angke, dengan sebutan lain seperti Jayawikarta dan Achmad Djaketra. Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli sejarah mengenai apakah nama-nama tersebut merujuk pada sosok yang sama atau berbeda. Sejarawan seperti Abdussomad dan Adolf Heuken berpendapat bahwa Achmad Djaketra dan Pangeran Jayakarta adalah dua individu yang terpisah, meskipun hidup dalam periode yang sama. Sementara itu, beberapa sumber lain mengklaim bahwa Djaketra mungkin merupakan pengikut atau bahkan keturunan Pangeran Jayakarta.
Perjuangan Melawan Kolonialisme Belanda
Pada masa kepemimpinannya, Pangeran Jayakarta berhadapan langsung dengan upaya ekspansi Belanda di Jakarta. Awalnya, Belanda diizinkan mendirikan benteng di wilayah tersebut, namun ketegangan memuncak ketika Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memperkuat pertahanan mereka dengan meriam. Pangeran Jayakarta menentang keras tindakan ini, yang akhirnya memicu konflik terbuka. Pada tahun 1619, Belanda berhasil menguasai Jakarta, dan Pangeran Jayakarta diasingkan ke Banten atau Jatinegara Kaum, tergantung pada versi sejarah yang diikuti.
Kontroversi Lokasi Makam
Lokasi makam Pangeran Jayakarta juga menjadi perdebatan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meyakini bahwa makamnya terletak di Jatinegara Kaum, yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Namun, sejarawan seperti Prof Uka Tjandrasasmita berpendapat bahwa ia dimakamkan di Banten, tepatnya di Desa Katengahan, dekat dengan makam Sultan Abdulmafakir Mahmud Abdulkadir. Perbedaan pandangan ini menambah kompleksitas dalam melacak jejak sejarah sang pangeran.