Dampak Perang Dagang AS-China pada Petani Kedelai Amerika

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlanjut dengan dampak signifikan terhadap sektor pertanian, khususnya petani kedelai di AS. Kebijakan tarif impor yang saling dibalas oleh kedua negara telah menciptakan ketidakstabilan pasar global, dengan China mengambil langkah tegas dengan mengurangi impor kedelai dari AS.

China, sebagai pembeli utama produk pertanian AS, telah menerapkan tarif impor sebesar 125% pada kedelai AS, yang merupakan respons terhadap kebijakan proteksionis Presiden Donald Trump. Langkah ini memicu penurunan drastis ekspor kedelai AS ke China, yang sebelumnya menyumbang pendapatan signifikan bagi petani Amerika. Akibatnya, petani kedelai AS menghadapi kerugian besar, dengan sektor pertanian AS kehilangan sekitar 27 miliar dolar selama konflik perdagangan 2018.

Berikut dampak utama perang dagang ini: - Penurunan ekspor kedelai AS ke China hampir mencapai nol akibat tarif tinggi. - Peningkatan impor kedelai China dari Brasil, yang menjadi alternatif utama. - Kerugian finansial besar-besaran bagi petani AS, terutama di negara bagian penghasil kedelai seperti Illinois dan Minnesota.

China telah beralih ke Brasil untuk memenuhi kebutuhan kedelainya, dengan impor dari negara tersebut meningkat lebih dari 280% sejak 2010. Kunjungan Presiden Xi Jinping ke Brasil pada November lalu semakin memperkuat hubungan dagang kedua negara, dengan China mengimpor lebih dari 73% total ekspor kedelai Brasil. Sementara itu, petani AS masih berjuang untuk pulih dari dampak perang dagang, yang juga memengaruhi dukungan politik di daerah pedesaan.