Jepang Hadapi Krisis Demografi Terparah dalam Sejarah Modern
Jepang mencatat penurunan populasi paling tajam dalam tujuh dekade terakhir, dengan jumlah penduduk asli menyusut sebanyak 898.000 jiwa pada Oktober 2024. Data Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan tren penurunan yang konsisten untuk tahun ketiga belas berturut-turut, menandai titik terendah sejak pencatatan dimulai tahun 1950.
Ketimpangan demografis semakin mengkhawatirkan ketika hanya wilayah metropolitan Tokyo dan Saitama yang mengalami pertumbuhan populasi. Sementara itu, 45 prefektur lain mengalami kemerosotan, dengan Akita di utara Honshu menjadi wilayah terdampak paling parah. Fenomena urbanisasi masif dan penuaan masyarakat menciptakan ketidakseimbangan struktural yang mengancam stabilitas sosial-ekonomi nasional.
- Tingkat fertilitas Jepang tetap berada di posisi terendah global (1,3 anak per wanita)
- Rasio ketergantungan lansia mencapai level kritis (38% populasi berusia di atas 65 tahun)
- Defisit tenaga kerja diproyeksikan mencapai 11 juta pekerja pada 2040
Pemerintah mengalokasikan anggaran khusus 3,5 triliun yen untuk program stimulus demografi, termasuk: 1. Subsidi perumahan bagi keluarga muda 2. Penguatan sistem penitipan anak 24 jam 3. Reformasi struktural pasar kerja
Kebijakan imigrasi yang kontroversial tetap menjadi hambatan, dengan kuota pekerja asing temporer hanya memenuhi 15% kebutuhan industri. Pakar ekonomi memperingatkan bahwa tanpa terobosan kebijakan radikal, Pertumbuhan PDB Jepang bisa stagnan selama dua dekade mendatang.