Dampak Perang Dagang AS-China terhadap Pasar Otomotif China di Indonesia
Jakarta - Eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai memicu kekhawatiran di berbagai sektor, termasuk industri otomotif. Kebijakan tarif impor timbal balik yang diterapkan kedua negara dikhawatirkan akan berdampak pada merek-merek mobil asal China yang beroperasi di Indonesia.
Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump baru-baru ini memberlakukan tarif impor hingga 34% untuk produk-produk China. Sebagai respons, China membalas dengan mengenakan tarif lebih tinggi, mencapai 84%, untuk barang-barang impor dari AS. Kebijakan proteksionis ini berpotensi mengganggu rantai pasok global, termasuk di industri otomotif.
Menurut Budi Darmawan, Sales Director PT Chery Sales Indonesia, dampak langsung perang dagang ini terhadap operasional mereka di Indonesia masih terbatas. "Saat ini dampaknya belum signifikan karena proses negosiasi tarif masih berlangsung," ujar Budi dalam keterangannya di Jakarta Utara. "Kami masih memantau perkembangan situasi ini," tambahnya.
Beberapa faktor yang membuat dampak perang dagang belum terasa signifikan antara lain: - Waktu kejadian yang bertepatan dengan periode Lebaran - Mayoritas komponen Chery berasal dari dalam China - Minimnya ketergantungan pada suku cadang AS
"Sebagai merek China, komponen utama produk kami sebagian besar berasal dari dalam negeri," jelas Budi. "Ketergantungan kami pada suku cadang AS sangat minimal, sehingga dampak perang dagang ini relatif kecil bagi operasional kami."
Meski demikian, para analis memprediksi bahwa jika ketegangan perdagangan ini berlangsung dalam waktu lama, efeknya mungkin akan mulai terasa pada kuartal-kuartal berikutnya. Industri otomotif global yang saling terhubung berpotensi mengalami gangguan rantai pasok jika perang dagang ini tidak segera menemukan titik penyelesaian.