Dinamika Pencari Kerja di Jakarta Job Fair 2025: Tantangan, Harapan, dan Alternatif
Gelaran Jakarta Job Fair 2025 Menjadi Ajang Perebutan Lapangan Pekerjaan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali menyelenggarakan Jakarta Job Fair pada 15-16 April 2025 di Gelanggang Mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta Barat. Acara ini menjadi magnet bagi ribuan pencari kerja dari berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman. Berbagai cerita mengharukan dan tantangan terungkap dari para peserta yang berjuang mendapatkan pekerjaan di tengah persaingan ketat.
Fleksibilitas Menjadi Kunci
- Nova (24) dan Caca (23) menyatakan kesiapan mereka bekerja di luar bidang pendidikan asal
- Niko (30) bersedia menerima posisi apapun demi status karyawan tetap
- Jaya (30) mencari pekerjaan baru namun tetap mempertimbangkan kompetensi yang dimiliki
Tantangan Rekrutmen yang Menghambat
Beberapa kendala utama yang dihadapi pencari kerja:
- Batas usia maksimal 25 tahun yang diberlakukan banyak perusahaan
- Sulitnya mendapatkan posisi magang sekalipun
- Minimnya umpan balik dari perusahaan setelah proses lamaran
Peluang Kerja di Luar Negeri Menjadi Alternatif
Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno mengungkapkan adanya kuota besar untuk tenaga kerja Indonesia di beberapa negara:
- Jepang menyediakan 148.000 lapangan kerja
- Taiwan, Jerman, dan Belanda juga membutuhkan banyak tenaga kerja
Beberapa peserta seperti Niko dan Jaya tertarik dengan peluang ini karena persyaratan yang lebih longgar dibandingkan di dalam negeri. Namun, Rifki (24) memilih tetap di Jakarta karena pertimbangan keluarga.
Entrepreneurship dan Freelance sebagai Solusi Sementara
Di tengah kesulitan mendapatkan pekerjaan formal, beberapa peserta memilih alternatif lain:
- Rifki merintis bisnis kuliner meski masih ragu dengan risikonya
- Nova membantu mengelola toko kelontong milik ibunya
- Niko dan Jaya sempat menjadi freelancer di bidang teknologi informasi
Meski memberikan penghasilan, pekerjaan freelance dianggap kurang stabil dan seringkali tidak dianggap sebagai pekerjaan 'sesungguhnya' oleh lingkungan sekitar. Munculnya teknologi AI juga semakin menyulitkan para freelancer untuk mendapatkan proyek.