BPOM Intensifkan Pengawasan Kefarmasian, RS Santosa Bandung Jadi Sorotan Terkait Digitalisasi Layanan

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah gencar melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke berbagai fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya kekhawatiran publik terkait potensi penyalahgunaan obat-obatan, khususnya yang melibatkan tindakan kriminal.

Salah satu rumah sakit yang menjadi fokus perhatian dalam sidak kali ini adalah Rumah Sakit Santosa Bandung Central. Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, secara langsung meninjau sistem pelayanan kefarmasian di rumah sakit tersebut pada hari Rabu (16/4/2025). Tujuan utama dari inspeksi ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh proses pengelolaan dan pelayanan obat di RS Santosa berjalan sesuai standar keamanan, efikasi, dan kualitas yang telah ditetapkan.

Taruna Ikrar mengungkapkan apresiasinya terhadap penerapan sistem digital dalam pelayanan kefarmasian di RS Santosa. Menurutnya, sistem ini mencakup seluruh tahapan, mulai dari penulisan resep oleh dokter, pembuatan obat oleh apoteker, hingga penyerahan obat kepada pasien. Sistem digital ini dilengkapi dengan barcode dan sistem pengendalian (controlling) yang komprehensif untuk meminimalkan risiko kesalahan dan memastikan ketertelusuran obat.

Berikut adalah manfaat sistem digital pelayanan obat:

  • Mengurangi kesalahan manusia (human error): Otomatisasi proses mengurangi potensi kesalahan yang mungkin terjadi akibat faktor manusia.
  • Mempercepat pelayanan: Digitalisasi memperpendek waktu yang dibutuhkan dalam setiap tahapan pelayanan kefarmasian.
  • Mencegah pemalsuan obat: Sistem barcode dan pengendalian yang ketat mempersulit upaya pemalsuan obat.
  • Mencegah penggunaan obat yang tidak sesuai aturan: Sistem memastikan bahwa obat hanya diberikan kepada pasien yang memiliki resep yang sah dan sesuai.

Selain digitalisasi, BPOM juga menyoroti sistem pengamanan obat-obatan narkotika dan psikotropika di RS Santosa. Taruna menjelaskan bahwa penyimpanan obat-obatan golongan ini dilakukan dengan sangat ketat, melibatkan dua lapis pengamanan dan pengawasan oleh dua orang apoteker. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan bahwa obat-obatan tersebut hanya digunakan untuk kepentingan medis yang sah.

BPOM berencana untuk terus melakukan inspeksi serupa ke berbagai fasilitas kesehatan lainnya di seluruh Indonesia. Setelah RS Santosa, tim BPOM akan melanjutkan pengawasan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin dan kemudian diperluas ke puskesmas, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya.