Harga emas di pasar global terus mencatatkan rekor tertinggi, didorong oleh kekhawatiran geopolitik dan meningkatnya permintaan sebagai aset safe haven.

Kenaikan harga emas menembus level 3.300 dollar AS per ons, mencapai titik tertinggi baru pada Rabu (16/4/2025) di angka 3.317,90 dollar AS. Lonjakan ini dipicu oleh kombinasi faktor, termasuk ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Kontrak berjangka emas juga mengalami lonjakan signifikan, naik lebih dari 3 persen dan mencapai kisaran 3.350 dollar AS per ons.

Analis independen Ross Norman menyatakan bahwa pergerakan harga emas saat ini mencerminkan kondisi geopolitik global. Ia juga menambahkan bahwa pembelian besar-besaran oleh bank sentral, yang dimulai sekitar setahun lalu, kini diperkuat oleh aksi beli yang didorong oleh penguatan harga.

Secara keseluruhan, harga emas dunia telah meningkat sekitar 26 persen sepanjang tahun ini. Meskipun angka ini signifikan, kenaikan ini masih di bawah rekor reli pada tahun 1980 selama Revolusi Iran, ketika harga emas melonjak sekitar 118 persen dalam periode singkat.

Kebijakan tarif terbaru dari Amerika Serikat semakin memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian politik dan ekonomi. Permintaan terhadap ETF (Exchange Traded Funds) emas juga menjadi faktor pendorong kenaikan harga. Pelemahan dollar AS semakin meningkatkan daya tarik emas bagi investor yang memegang mata uang lain.

Norman memperkirakan bahwa harga emas berpotensi mencapai 3.500 dollar AS per ons dalam waktu dekat. Pembelian emas oleh bank sentral, terutama China yang terus meningkatkan cadangan emasnya selama lima bulan berturut-turut, turut memperkuat harga.

Sepanjang tahun ini, harga emas dunia telah mencetak 25 rekor tertinggi, dengan 13 di antaranya berada di atas level 3.000 dollar AS. Hal ini menunjukkan momentum kuat yang berkelanjutan di pasar emas global.

Faktor-faktor pendorong kenaikan harga emas:

• Ketegangan geopolitik
• Kebijakan tarif AS
• Pembelian bank sentral
• Ekspektasi penurunan suku bunga
• Permintaan ETF
• Pelemahan dollar AS