Penggerebekan Kos di Deli Serdang Ungkap Jaringan Prostitusi Online Remaja

Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) berhasil mengungkap praktik prostitusi online yang melibatkan remaja di sebuah rumah kos eksklusif di Kabupaten Deli Serdang. Pengungkapan ini bermula dari patroli siber yang menemukan aktivitas mencurigakan pada sebuah aplikasi live streaming.

Tim dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumut bergerak cepat dan mengamankan tiga orang yang diduga terlibat dalam sindikat ini. Salah satu pelaku masih dalam pengejaran pihak kepolisian. Penggerebekan dilakukan di sebuah kos-kosan VIP di kawasan Percut Sei Tuan, yang disinyalir menjadi lokasi para pelaku memproduksi konten pornografi tersebut. Tempat ini sengaja disewa untuk menjalankan bisnis haram tersebut.

"Pada tanggal 14 April, sekitar pukul 22.30 WIB, tim kami melakukan penggerebekan di sebuah kos VIP di daerah Tembung, Deli Serdang," jelas Kombes Ferry Walintukan, Kabid Humas Polda Sumut, dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu (16/4).

Ketiga pelaku yang berhasil diamankan adalah RA (25), RPL (19), dan MGOS (15). Peran mereka berbeda-beda dalam menjalankan bisnis prostitusi online ini. RA bertindak sebagai germo, yang bertanggung jawab mencari talent dan menjalin komunikasi langsung dengan host sebuah akun TikTok. Sementara RPL dan MGOS berperan sebagai pemain atau pemeran dalam konten pornografi live streaming tersebut.

Kompol Anggi Siahaan, Kasubdit 2 Ditreskrimsus Polda Sumut, menjelaskan bahwa pengungkapan kasus ini berawal dari patroli siber di aplikasi TikTok. Patroli tersebut menemukan sebuah akun dengan host berinisial YWS alias Ketua Mangkok (35) yang mempromosikan ID (identitas digital) aplikasi Tevi. Aplikasi Tevi ini digunakan para pelaku untuk melakukan live streaming konten pornografi.

Ketika penonton mengklik ID tersebut, mereka akan diarahkan ke aplikasi Tevi, di mana para pelaku melakukan adegan tidak senonoh secara live. "Di aplikasi inilah terjadi tindakan asusila yang kemudian kami amankan. Ada tiga orang yang kami amankan saat sedang melakukan kegiatan pornografi atau kegiatan seksual secara live," ungkap Kompol Anggi.

Modus operandi sindikat ini adalah memanfaatkan popularitas host di TikTok untuk menarik penonton ke aplikasi Tevi. Host dengan follower yang banyak menempelkan ID Tevi milik germo di akun TikTok-nya. Tujuannya adalah agar penonton TikTok yang tertarik dengan konten yang lebih vulgar dapat masuk ke aplikasi Tevi.

"Di aplikasi TikTok kan tidak bisa terlalu vulgar, kalau vulgar langsung di-banned, makanya pindah ke Tevi," jelas Kompol Anggi.

Polisi menduga masih ada pemain lain yang terlibat dalam sindikat ini. Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan pendalaman lebih lanjut. Selain itu, polisi juga tengah memburu pelaku YWS yang berperan sebagai pengiklan akun Tevi tersebut. "Informasi dari germo ada (pemain lain), masih dalam pendalaman. Host sampai saat ini masih dalam pengejaran kami," imbuhnya.

Berdasarkan pengakuan germo, praktik prostitusi online ini telah berjalan selama sekitar empat bulan, terhitung sejak Januari 2025. Namun, pihak kepolisian masih terus mendalami informasi ini.

Para pemain dan germo ini dibayar Rp 700 ribu untuk sekali main oleh pelaku YWS. Uang tersebut diberikan kepada germo RA, yang kemudian membagikannya kepada para pemain. "Informasi juga dari germo bahwa dibayar oleh host yang sampai saat ini masih dalam pengejaran kami. Dibayar Rp 700 ribu sekali main, Rp 700 ribu itu nanti oleh germo inisial RA itu dibagi ke talent cowok dan cewek," jelas Kompol Anggi.

Polisi masih menyelidiki sumber keuntungan dari praktik prostitusi online ini. Pasalnya, aplikasi Tevi tidak berbayar dan hadiah yang diberikan penonton di aplikasi tersebut juga tidak terlalu banyak. "Keuntungan ada, kami juga sudah cek dari hp, tapi kami lihat tidak signifikan (keuntungannya) karena bisa dicek di history-nya, sudah beberapa kali live dari hp si germo, itu tidak signifikan. Jadi, yang diharapkan oleh si germo ini adalah dukungan dana Rp 700 ribu tadi dari host di TikTok," pungkasnya.