Strategi Investasi 2025: Di Tengah Harga Emas yang Melambung, Obligasi Pemerintah Menawarkan Peluang Lebih Menarik?
Mencari instrumen investasi yang tepat di tengah kondisi ekonomi global yang dinamis menjadi tantangan tersendiri. Saat harga emas mencapai rekor tertinggi, pertanyaan yang muncul adalah, apakah logam mulia ini masih menjadi pilihan investasi yang menjanjikan, ataukah ada alternatif lain yang lebih menguntungkan?
Ekonom Hans Kwee memberikan pandangannya terkait hal ini. Di tengah harga emas yang sedang tinggi, ia menyarankan investor untuk mempertimbangkan Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi pemerintah. Menurutnya, potensi kenaikan harga emas saat ini relatif terbatas, sehingga investasi pada obligasi pemerintah bisa menjadi pilihan yang lebih menarik.
Pertimbangan Investasi Emas
Kenaikan harga emas saat ini seringkali dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global, termasuk perang tarif antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China. Kondisi ini mendorong investor untuk mencari aset yang dianggap aman (safe haven), seperti emas. Melemahnya nilai tukar dolar AS juga turut berkontribusi pada kenaikan harga emas.
Namun, Kwee berpendapat bahwa momentum kenaikan harga emas mungkin tidak akan berlangsung lama. Oleh karena itu, membeli emas saat harga sedang tinggi berpotensi memberikan keuntungan yang terbatas.
Daya Tarik Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah, di sisi lain, menawarkan sejumlah keuntungan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya telah menyampaikan bahwa kinerja Surat Utang Negara (SUN) menunjukkan hasil yang positif di tengah fluktuasi pasar saham. Lelang SUN pada 18 Maret 2025 mencatat permintaan yang tinggi, dengan nilai penawaran mencapai 2,38 kali dari target indikatif. Partisipasi investor asing juga cukup signifikan, mencapai 22,59 persen dari total penawaran.
Angka-angka ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap pemerintah dan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Obligasi pemerintah dianggap sebagai instrumen investasi yang relatif aman dan stabil, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi.
Diversifikasi Portofolio Investasi
Kwee menekankan pentingnya diversifikasi portofolio investasi untuk meminimalkan risiko. Ia menyarankan alokasi dana tunai sebesar 50 persen, obligasi 30-40 persen, dan saham 10-20 persen. Dengan memiliki dana tunai yang cukup, investor memiliki fleksibilitas untuk memanfaatkan peluang investasi yang muncul di masa depan.
Obligasi dapat memberikan pendapatan tetap dan stabilitas portofolio, sementara saham menawarkan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi, meskipun dengan risiko yang lebih besar. Dengan diversifikasi yang tepat, investor dapat mencapai keseimbangan antara risiko dan potensi keuntungan.
Keputusan investasi yang bijak memerlukan pertimbangan yang matang terhadap berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi global, prospek masing-masing instrumen investasi, dan profil risiko investor. Di tengah harga emas yang tinggi, obligasi pemerintah menawarkan alternatif yang menarik dengan potensi keuntungan yang stabil dan risiko yang relatif rendah.