BPOM RI dan RSHS Bandung Bersinergi Pacu Riset dan Uji Klinis Demi Kesehatan Nasional
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) tengah gencar mendorong kolaborasi riset dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk mempercepat akses dan memperkuat pelaksanaan uji klinis di tanah air. Langkah ini dipandang krusial dalam mewujudkan transformasi layanan kesehatan nasional yang lebih baik.
Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menekankan pentingnya sinergi antara berbagai pihak, termasuk kalangan akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah (Academic, Business, and Government/ABG) dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas riset di bidang kesehatan. Ia mengakui bahwa jumlah uji klinis yang dilakukan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia. Padahal, Indonesia memiliki potensi besar dalam pelaksanaan uji klinis, mengingat populasi yang besar dan keragaman penyakit yang ada.
"Kami menerapkan standar uji klinis yang sangat ketat untuk melindungi masyarakat dan memastikan bahwa mereka tidak menjadi objek percobaan yang tidak etis," ujar Ikrar. BPOM, lanjutnya, terus berupaya mempercepat proses persetujuan uji klinis dan memperluas kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi. Saat ini, BPOM telah menjalin 185 kerja sama aktif dengan berbagai institusi akademik di seluruh Indonesia.
Selain itu, Ikrar juga menyampaikan bahwa Indonesia sedang menjalani penilaian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menjadi bagian dari WHO Listed Authority (WLA). Status ini akan meningkatkan reputasi dan daya saing produk-produk kesehatan Indonesia di pasar global.
"Jika BPOM berhasil masuk dalam WLA, hasil uji klinis yang dilakukan di Indonesia akan mendapatkan pengakuan yang lebih luas di dunia internasional. Hal ini akan membuka peluang bagi produk-produk kesehatan dalam negeri untuk menembus pasar global," jelasnya.
Direktur Utama RSHS Bandung, Rachim Dinata Marsidi, menyambut baik inisiatif BPOM dan menegaskan komitmen RSHS sebagai rumah sakit pendidikan untuk terus mendorong riset yang berdampak positif pada peningkatan pelayanan kesehatan. Ia menjelaskan bahwa RSHS telah melakukan berbagai peningkatan fasilitas untuk memenuhi standar rumah sakit modern, namun tetap menjaga aksesibilitas bagi pasien pengguna BPJS.
"RSHS berkomitmen untuk memperkuat kapasitas riset melalui Clinical Research Center yang telah kami miliki. Kami juga tengah mengembangkan teknologi nuklir, seperti siklotron, untuk keperluan medis dan riset. Kami menargetkan teknologi ini dapat digunakan pada tahun depan," ungkap Rachim.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BPOM RI juga melakukan peninjauan terhadap pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSHS Bandung. Peninjauan ini bertujuan untuk memastikan bahwa obat-obatan yang dikonsumsi pasien aman dan bermutu, serta proses penyimpanan dan distribusinya dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Ikrar berharap agar seluruh elemen, termasuk jajaran rumah sakit, dapat menjadi pelopor yang tidak hanya mengutamakan pelayanan klinis, tetapi juga menjadi mitra BPOM dalam mendorong transformasi sistem kesehatan nasional.
Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat ditarik dari berita ini:
- BPOM RI mendorong kolaborasi riset dengan RSHS Bandung untuk mempercepat akses dan memperkuat uji klinis.
- Jumlah uji klinis di Indonesia masih rendah dibandingkan negara Asia lainnya.
- BPOM terus mempercepat proses persetujuan uji klinis dan memperluas kerja sama dengan perguruan tinggi.
- Indonesia sedang dinilai oleh WHO untuk menjadi bagian dari WHO Listed Authority (WLA).
- RSHS berkomitmen memperkuat kapasitas riset melalui fasilitas Clinical Research Center.
- Kepala BPOM melakukan peninjauan pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSHS Bandung.