Polemik Kremasi Murdaya Poo di Magelang Berlanjut, Pemkab Fasilitasi Mediasi Tripartit
Kisruh rencana kremasi jenazah Murdaya Widyawimarta Poo di Dusun Ngaran II, Borobudur, Magelang, memasuki babak baru. Pemerintah Kabupaten Magelang berinisiatif untuk menggelar mediasi lanjutan yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Bupati Magelang, Grengseng Pamuji, menyatakan bahwa mediasi tripartit ini akan mempertemukan perwakilan warga Dusun Ngaran II, keluarga Murdaya Poo, dan Pemerintah Kabupaten Magelang. Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) juga akan turut mendampingi proses mediasi mengingat isu ini telah menjadi perhatian publik secara luas.
"Kami dorong untuk diskusi," ujar Grengseng Pamuji, Sabtu (19/4/2025).
Forkopimda sendiri beranggotakan tokoh-tokoh penting daerah, termasuk ketua DPRD, kepala kepolisian, kepala kejaksaan, dan komandan TNI. Keterlibatan Forkopimda diharapkan dapat memberikan perspektif yang lebih komprehensif dalam mencari solusi terbaik.
Meski tanggal pasti belum ditentukan, Pemkab Magelang menargetkan mediasi dapat terlaksana pada pekan depan. Bupati berharap, melalui dialog yang konstruktif, seluruh pihak dapat saling memahami kondisi masing-masing dan mencapai kesepakatan yang adil.
Mediasi sebelumnya, yang berlangsung di kompleks Sekretariat Daerah Kabupaten Magelang pada Rabu (16/4/2025), belum membuahkan hasil. Penolakan warga Dusun Ngaran II didasari oleh keberatan atas penggunaan lahan di dekat Graha Padmasambawa, yang diklaim milik istri mendiang Murdaya Poo, sebagai lokasi kremasi.
Kepala Dusun Ngaran I dan II, Maryoto, menegaskan bahwa warga menolak segala bentuk aktivitas kremasi di lahan tersebut. Penolakan ini menjadi kendala utama dalam realisasi rencana kremasi yang dijadwalkan pada 7 Mei 2025.
Jenazah Murdaya Poo sendiri telah tiba di Vihara Griya Vipasana Avalokitesvara (GVA) Mendut, Magelang, pada 14 April dan akan disemayamkan di sana hingga 6 Mei 2025. Keluarga almarhum memiliki keinginan kuat untuk melaksanakan kremasi di Dusun Ngaran II.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Walubi Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono, menjelaskan bahwa proses kremasi akan dilakukan dengan menumpuk kayu cendana setinggi dua meter, dikelilingi batu-batuan untuk mengendalikan api. Selain itu, tenda akan disiapkan bagi biksu dan umat Buddha untuk berdoa. Ia juga menegaskan bahwa lokasi kremasi akan dibersihkan setelah proses selesai dan abu jenazah akan dibawa ke Bogor.
"Kami tidak pernah berencana untuk membangun krematorium," tegasnya.