Kisah Pria Jakarta yang Menyesal Vasektomi di Usia Muda Akibat Perceraian
Kisah pilu Hidayatulloh, seorang pria asal DKI Jakarta, viral di media sosial. Keputusannya untuk menjalani vasektomi di usia muda berujung penyesalan mendalam setelah sang istri meninggalkannya. Ata, sapaan akrabnya, memilih vasektomi sebagai bentuk kasih sayang terhadap istrinya, yang khawatir dengan efek samping kontrasepsi hormonal.
Ata memutuskan vasektomi di usia 26 tahun, sebuah usia yang relatif muda untuk tindakan sterilisasi pria. Keputusan ini didasari oleh pemikiran bahwa ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama sang istri. Pasangan ini telah dikaruniai tiga orang anak, dan Ata ingin meringankan beban istrinya dalam urusan kontrasepsi. Ia menyaksikan langsung bagaimana istrinya berjuang saat melahirkan dan merasa bertanggung jawab untuk ikut berkorban.
Namun, takdir berkata lain. Pernikahan yang ia impikan berakhir kandas. Perceraian yang terjadi membuatnya merasakan sakit yang luar biasa, terutama karena ia telah mengorbankan kesuburannya demi kebahagiaan rumah tangga mereka. Ata mengungkapkan penyesalannya dan menyarankan para pria muda untuk mempertimbangkan masak-masak sebelum memutuskan vasektomi, terutama jika belum berusia di atas 30 tahun. Ia menekankan pentingnya pemikiran yang bijak dan matang sebelum mengambil keputusan besar terkait kesehatan reproduksi.
Vasektomi sendiri merupakan metode kontrasepsi permanen untuk pria dengan cara memotong atau menghalangi saluran vas deferens yang membawa sperma dari testis. Prosedur ini relatif aman dan efektif, serta memiliki efek samping yang minimal. Ata sendiri mengaku hanya merasakan sedikit nyeri di area kelaminnya selama tiga hari setelah vasektomi. Selain itu, vasektomi seringkali tersedia secara gratis melalui program-program pemerintah daerah.
Terlepas dari pengalaman pahit Ata, vasektomi tetap menjadi pilihan kontrasepsi yang rasional bagi pasangan yang tidak ingin memiliki anak lagi. Namun, kisah Ata menjadi pengingat bahwa keputusan vasektomi harus dipertimbangkan dengan matang, dengan mempertimbangkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi di masa depan.
Menurut data dari Sistem Informasi Keluarga BKKBN tahun 2022, partisipasi pria dalam program vasektomi di Indonesia masih sangat rendah, hanya sekitar 0,25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pria yang belum memahami manfaat dan keamanan vasektomi, atau mungkin masih terpengaruh oleh mitos dan stigma yang beredar di masyarakat.