Pengemudi Ojek Online Ancam Gelar Aksi Protes Terkait Program 'Grab Hemat'

Gelombang penolakan terhadap program 'Grab Hemat' terus bergulir di kalangan pengemudi ojek online (ojol). Gabungan serikat mitra pengemudi, yang terdiri dari Koalisi Ojol Nasional (KON), Forum Komunitas Driver Online Indonesia (FKDOI), dan Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), berencana menggelar aksi unjuk rasa sebagai bentuk protes atas kebijakan tersebut.

Andi Kristiyanto, Ketua Presidium KON, menyatakan bahwa aksi unjuk rasa ini merupakan respons atas ketidaksesuaian antara usaha yang dilakukan pengemudi dengan hasil yang mereka peroleh. Ia menyoroti program 'Grab Hemat' sebagai salah satu pemicu utama kekecewaan para pengemudi.

Program 'Grab Hemat' sendiri menerapkan skema potongan harga yang bervariasi, tergantung pada jumlah order yang diselesaikan pengemudi setiap harinya. Potongan tersebut berkisar antara Rp 3.000 untuk 1-2 trip, hingga Rp 20.000 untuk 10 trip atau lebih. Para pengemudi merasa keberatan dengan potongan ini, terutama karena mereka juga harus menanggung biaya operasional dan potongan lain yang telah ditetapkan.

Berikut adalah rincian potongan dalam program Grab Hemat:

  • 1-2 trip: Potongan Rp 3.000
  • 3-4 trip: Potongan Rp 8.500
  • 5-6 trip: Potongan Rp 13.600
  • 7-9 trip: Potongan Rp 18.000
  • 10 trip ke atas: Potongan hingga Rp 20.000

Selain itu, pengemudi juga dikenakan potongan 15 persen untuk biaya sewa aplikasi dan 5 persen sebagai biaya penunjang kesejahteraan sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan (KM) Nomor KP 1001 Tahun 2022.

Grab Indonesia sebelumnya mengklaim bahwa program 'Akses Hemat' bersifat opsional dan memberikan keuntungan tambahan bagi mitra pengemudi. Namun, KON membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa implementasi di lapangan cenderung memaksa pengemudi untuk mengikuti program tersebut. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah order yang diterima pengemudi jika mereka tidak berpartisipasi dalam program 'Grab Hemat'.

Andi menambahkan bahwa KON saat ini tengah melakukan konsolidasi untuk mempersiapkan aksi unjuk rasa yang akan digelar dalam waktu dekat. Selain itu, KON juga telah menjadwalkan Rapat Dengar Pendapat (RDP) untuk membahas permasalahan ini dengan pihak terkait.

FKDOI juga menyatakan dukungan terhadap aksi protes ini dan sedang mempertimbangkan untuk menggelar aksi serupa. Ketua FKDOI, Rahman, mengatakan bahwa selama ini para pengemudi Grab cenderung menerima keputusan aplikator. Namun, dengan adanya gelombang demonstrasi di berbagai kota, menunjukkan bahwa program 'Grab Hemat' memang dirasa sangat memberatkan bagi para pengemudi.

Lily Pudjiati, Ketua SPAI, juga menyampaikan dukungan terhadap aksi unjuk rasa para mitra pengemudi Grab. Ia menilai bahwa layanan yang diskriminatif seperti 'Grab Hemat' harus dihapuskan karena memotong pendapatan pengemudi secara signifikan.