Kontroversi di Balik Penerbangan Suborbital Katy Perry: Klaim Ramah Lingkungan Dipertanyakan
Sorotan Terhadap Penerbangan Suborbital Katy Perry dan Dampak Lingkungan yang Dipertanyakan
Penerbangan suborbital yang melibatkan penyanyi Katy Perry bersama lima tokoh perempuan terkemuka lainnya, sebagai kru penerbangan NS-31 dari perusahaan antariksa Blue Origin, kini menjadi pusat perhatian. Misi yang menggunakan roket New Shepard 3 ini lepas landas dari fasilitas Blue Origin di Texas, Amerika Serikat, dan membawa mereka melintasi garis Karman, batas yang diakui secara internasional sebagai awal luar angkasa.
Perjalanan singkat selama 11 menit ini memberikan pengalaman tanpa gravitasi selama empat menit sebelum kapsul kembali mendarat dengan selamat di Bumi. Blue Origin mengklaim bahwa roket mereka menggunakan oksigen dan hidrogen, sehingga hanya menghasilkan uap air sebagai produk sampingan pembakaran, tanpa emisi karbon. Klaim ini sontak menuai perdebatan di kalangan ilmuwan dan pemerhati lingkungan.
Bantahan Terhadap Klaim 'Bebas Emisi'
Klaim 'bebas emisi' dari Blue Origin mendapat sanggahan dari sejumlah ahli. Eloise Marais, seorang ahli kimia atmosfer dari University College London, menjelaskan bahwa uap air yang dihasilkan dari penerbangan tersebut tetap berkontribusi terhadap efek rumah kaca, terutama di lapisan atas atmosfer. Menurutnya, uap air ini dapat mengubah komposisi kimia stratosfer, berpotensi menipiskan lapisan ozon, dan membentuk awan yang mempengaruhi iklim.
PolitiFact juga menyoroti bahwa semua peluncuran roket berpotensi mengancam lapisan ozon. Laporan dari Futurism menambahkan bahwa fasilitas Blue Origin di Texas Barat diduga memancarkan sejumlah besar metana selama pengujian roket, diperkirakan mencapai 1,5 metrik ton per jam. Hal ini semakin memperburuk citra 'ramah lingkungan' yang berusaha dibangun oleh perusahaan.
Dampak Psikologis dan Sosial dari Emisi Tinggi
Steve Westlake, seorang pengajar psikologi iklim dari University of Bath, menyoroti dampak negatif lain dari keterlibatan tokoh publik seperti Katy Perry dalam penerbangan semacam ini. Menurutnya, aksi-aksi yang menghasilkan emisi tinggi oleh selebritas dan orang kaya dapat mendemotivasi masyarakat umum untuk mengurangi emisi mereka sendiri.
Perilaku ini juga dapat mengurangi rasa tanggung jawab kolektif yang penting untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif. Westlake menekankan bahwa mengatasi perubahan iklim dan krisis lingkungan lainnya memerlukan perubahan mendasar dalam ekonomi, masyarakat, dan gaya hidup. Dengan demikian, tindakan selebritas dan perusahaan antariksa perlu dipertimbangkan secara lebih luas dalam konteks upaya global untuk mengurangi emisi dan melindungi lingkungan.