Indonesia Berduka: Menlu Sugiono Ungkap Kekaguman pada Paus Fransiskus yang Peduli Kaum Marginal
Kabar duka menyelimuti dunia, Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, telah berpulang. Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menyampaikan ungkapan belasungkawa yang mendalam atas kepergian tokoh spiritual yang dikenal luas karena dedikasinya terhadap kemanusiaan dan keadilan sosial.
Menlu Sugiono, saat berada di Beijing, menyampaikan melalui rekaman suara kepada awak media, bahwa Paus Fransiskus adalah sosok yang sangat peduli pada kemanusiaan. Pemimpin umat Katolik itu dikenal dekat dengan masyarakat, memiliki keberpihakan yang kuat kepada kaum miskin dan senantiasa menebarkan kasih sayang kepada sesama yang membutuhkan pertolongan. Lebih lanjut, Menlu Sugiono menyatakan bahwa dunia telah kehilangan tokoh yang luhur dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi.
Pemerintah Indonesia tengah berkoordinasi dengan pihak Vatikan terkait kemungkinan undangan bagi perwakilan negara asing untuk menghadiri upacara pemakaman Paus Fransiskus. Jika memungkinkan, Indonesia berencana mengirimkan perwakilan untuk mengikuti misa pemakaman tersebut sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Paus Fransiskus menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 88 tahun, setelah sebelumnya sempat menjalani perawatan di rumah sakit selama sebulan akibat pneumonia. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia dan juga bagi mereka yang mengagumi kepemimpinannya yang inklusif dan progresif.
Salah satu wasiat terakhir Paus Fransiskus adalah permintaannya untuk dimakamkan di sebuah peti kayu sederhana dan di lokasi yang tidak lazim bagi seorang Paus. Beliau ingin dimakamkan di luar kompleks Vatikan, sebuah pilihan yang belum pernah terjadi dalam lebih dari seabad terakhir. Biasanya, para Paus dimakamkan di ruang bawah tanah Basilika Santo Petrus di Vatikan. Namun, Paus Fransiskus memilih Basilika Santa Maria Maggiore, yang terletak di seberang Sungai Tiber, Roma, sebagai tempat peristirahatan terakhirnya.
Pilihan ini mencerminkan kerendahan hati dan kesederhanaan yang selalu menjadi ciri khas kepemimpinan Paus Fransiskus. Ia ingin dekat dengan umatnya, bahkan setelah wafat. Pemakamannya diperkirakan akan menjadi peristiwa besar yang akan dihadiri oleh para pemimpin dunia dan jutaan umat Katolik dari seluruh penjuru dunia.