Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan: Sejarah, Hukum, Tata Cara, dan Panduan Lengkap

Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan: Sejarah, Hukum, Tata Cara, dan Panduan Lengkap

Shalat Tarawih, shalat sunnah yang dikerjakan secara berjamaah di bulan Ramadhan, memiliki sejarah, hukum, dan tata cara yang perlu dipahami oleh setiap muslim. Praktik ibadah ini, yang ditandai dengan rakaatnya yang banyak dan istirahat di antara setiap dua rakaat (dari akar kata tarawih yang berarti istirahat), telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan spiritual umat Islam selama bulan suci ini. Pemahaman yang mendalam mengenai aspek-aspek tersebut akan memperkaya pengalaman spiritual dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Sejarah Shalat Tarawih

Praktik shalat tarawih di bulan Ramadhan memiliki akar sejarah yang kaya. Meskipun Rasulullah SAW sendiri melakukan shalat malam di bulan Ramadhan, tidak ada bukti sahih yang menunjukkan beliau melaksanakannya secara berjamaah dengan jumlah rakaat tertentu seperti yang kita kenal sekarang. Berdasarkan hadits riwayat Aisyah r.a., Rasulullah SAW pernah melaksanakan shalat malam di masjid, diikuti oleh banyak orang. Namun, beliau menghentikan praktik tersebut karena khawatir shalat tarawih akan diwajibkan. Penggunaan istilah 'bidaah hasanah' (inovasi yang baik) oleh Umar bin Khattab ketika beliau mengorganisir shalat tarawih berjamaah menjadi catatan penting. Umar bin Khattab tidak menciptakan shalat tarawih, tetapi beliau menyatukan dan mengatur shalat-shalat malam yang sebelumnya dilakukan secara individual atau dalam kelompok kecil menjadi jamaah yang terkoordinir, yang menunjukkan kepemimpinan bijaksana dan kearifan dalam mengatur ibadah umat.

Kemudian, praktik shalat tarawih berjamaah di masjid berkembang dan menjadi tradisi yang diwariskan hingga kini. Perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat pun muncul, dan ini menunjukkan kekayaan interpretasi dalam memahami sunnah Nabi. Namun, inti dari shalat tarawih tetaplah ibadah qiyamullail (shalat malam) yang dianjurkan di bulan Ramadhan, yang merupakan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hukum Shalat Tarawih

Secara hukum, shalat tarawih termasuk shalat sunnah muakkad. Ini berarti shalat tarawih sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Keutamaan shalat tarawih sangat besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang menjanjikan pengampunan dosa bagi yang melaksanakannya dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah SWT. Namun, status sunnah muakkad ini penting dipahami agar tidak menimbulkan kewajiban yang sebenarnya tidak ada. Meskipun dianjurkan, tidak mengerjakan shalat tarawih tidaklah mengurangi keislaman seseorang.

Jumlah Rakaat Shalat Tarawih

Perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat tarawih mencerminkan kekayaan dalam pemahaman fikih Islam. Ada yang berpendapat 8 rakaat, 20 rakaat, dan berbagai pendapat lainnya. Namun, yang perlu ditekankan adalah bahwa Rasulullah SAW tidak menetapkan jumlah rakaat tertentu. Praktik yang umum dilakukan adalah 8 rakaat shalat tarawih ditambah 3 rakaat shalat witir. Yang penting adalah kesungguhan dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah ini. Jumlah rakaat bukanlah hal utama, melainkan kualitas dan ketaqwaan dalam menunaikan shalat.

Waktu dan Tata Cara Shalat Tarawih

Shalat Tarawih dikerjakan setelah shalat Isya' hingga menjelang waktu Subuh. Shalat ini dapat dikerjakan secara sendirian (munfarid) maupun berjamaah. Namun, pelaksanaan secara berjamaah lebih dianjurkan untuk mendapatkan keberkahan dan kebersamaan dalam beribadah. Tata cara shalat tarawih sama dengan shalat sunnah lainnya, dengan penambahan niat shalat tarawih dan jumlah rakaat yang lebih banyak. Dianjurkan untuk mengakhiri shalat tarawih dengan shalat witir, yang merupakan shalat sunnah dengan jumlah rakaat ganjil.

Berikut tata cara shalat tarawih (untuk 2 rakaat):

  1. Niat shalat tarawih
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca surat Al-Fatihah
  4. Membaca surat pendek atau ayat Al-Quran
  5. Rukuk
  6. I'tidal
  7. Sujud pertama
  8. Duduk di antara dua sujud
  9. Sujud kedua
  10. Duduk istirahat
  11. Bangun untuk rakaat kedua
  12. Membaca surat Al-Fatihah
  13. Membaca surat pendek atau ayat Al-Quran
  14. Rukuk
  15. I'tidal
  16. Sujud pertama
  17. Duduk di antara dua sujud
  18. Sujud kedua
  19. Tahiyat akhir
  20. Salam

Shalat witir kemudian dapat dikerjakan setelah shalat tarawih dengan jumlah rakaat ganjil, biasanya 3 rakaat.

Semoga penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang shalat tarawih dan memperkaya ibadah kita di bulan Ramadhan.