Terkuak: Dominasi Produk China dalam Industri Tas Mewah Global di Tengah Perang Tarif AS-China
Gelombang perang tarif antara Amerika Serikat dan China telah menyeret industri barang mewah ke pusaran kontroversi. Di tengah ketegangan ekonomi ini, sebuah fakta mencengangkan terungkap: sebagian besar tas bermerek mewah yang selama ini diagung-agungkan konsumen dunia, ternyata diproduksi di China.
Kondisi ini bermula saat pemerintahan Donald Trump memberlakukan kebijakan tarif impor yang agresif terhadap produk-produk asal China. Langkah ini kemudian dibalas oleh Beijing dengan tindakan serupa, menciptakan eskalasi perang tarif yang berdampak luas. Di tengah situasi ini, produsen-produsen China justru mengambil kesempatan untuk menyoroti praktik bisnis yang selama ini menguntungkan merek-merek mewah Barat.
Melalui berbagai platform media sosial, para pekerja pabrik dan pengecer mulai mengungkap fakta bahwa sebagian besar barang bermerek mewah sebenarnya dibuat di China. Lebih jauh lagi, mereka menuding bahwa harga jual produk-produk mewah tersebut di butik-butik sangat jauh melambung dibandingkan biaya produksi sebenarnya.
Sebuah video yang viral menjadi bukti nyata dari klaim ini. Akun @sen.bags_ mengajak para pelanggannya untuk melihat langsung proses pembuatan tas-tas di tokonya. Ia menegaskan bahwa bahan baku dan kualitas tas yang diproduksinya setara dengan tas-tas bermerek yang dijual di negara-negara Barat.
Produsen tersebut menepis anggapan umum bahwa produk berlabel 'made in China' kalah kualitas dibandingkan produk Eropa. Ia mengungkapkan bahwa lebih dari 80% tas mewah di dunia sebenarnya dibuat di China. Namun, merek-merek mewah tersebut sengaja menyembunyikan fakta ini. Mereka mengambil tas-tas setengah jadi dari pabrik-pabrik di China, membawanya kembali ke pabrik mereka sendiri untuk dikemas ulang dan diberi logo. Dengan demikian, tas-tas tersebut seolah-olah berasal dari Italia atau Perancis, negara-negara yang identik dengan kemewahan dan gaya.
Ungkapan senada juga dilontarkan oleh pemasok News Nexus Official yang merinci biaya produksi tas Birkin, salah satu tas mewah yang paling diidam-idamkan. Ia menjelaskan bahwa biaya bahan baku seperti perangkat keras, kulit, dan benang, hanya sekitar $1.000 (sekitar Rp 16 juta). Namun, tas tersebut dijual dengan harga antara $10.000 (sekitar Rp 167 juta) hingga $2 juta (sekitar Rp 33 miliar).
Terungkapnya fakta ini menyadarkan konsumen akan kurangnya transparansi dalam pelabelan 'made in' dan ilusi yang selama ini diciptakan oleh merek-merek mewah. Merek-merek tersebut umumnya mempromosikan asal-usul produk dari Eropa, menekankan keterampilan dan warisan budaya negara asal. Mereka seringkali mencantumkan bahwa pusat produksi berada di Eropa Barat.
Namun, di balik citra mewah dan eksklusif tersebut, terungkap bahwa pabrik-pabrik di China telah lama menjadi tulang punggung produksi tas-tas bermerek mewah. Harga asli barang-barang tersebut juga diklaim jauh lebih murah dari harga yang dijual di butik. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai nilai sebenarnya dari produk-produk mewah dan dampaknya terhadap permintaan di masa depan.