Kisah Inspiratif Yani: Anak Penjual Nasi Goreng Menembus Harvard dan Membagikan Tips Seleksi

Kisah Inspiratif Yani: Anak Penjual Nasi Goreng Menembus Harvard dan Membagikan Tips Seleksi

Universitas Harvard, institusi pendidikan tinggi yang namanya harum di seantero jagat, dikenal dengan standar seleksi yang sangat ketat. Hanya sebagian kecil dari para pendaftar yang berhasil meraih kursi di universitas bergengsi yang terletak di Massachusetts, Amerika Serikat ini. Di balik ketatnya persaingan, tersimpan kisah inspiratif seorang pemuda bernama Muhamad Yani, anak seorang penjual nasi goreng dari Cibaliung, Ujung Kulon, Banten, yang berhasil menembus tembok Harvard.

Yani, dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, berhasil membuktikan bahwa mimpi setinggi langit pun dapat diraih dengan kerja keras dan persiapan yang matang. Ia diterima di Jurusan Human Development and Education Universitas Harvard, sebuah pencapaian yang luar biasa dan patut menjadi teladan bagi generasi muda Indonesia.

Persiapan Matang adalah Kunci

Bermodalkan tekad yang kuat, Yani mulai mencari informasi mengenai proses seleksi Universitas Harvard. Ia tak segan untuk mencari "role model", yaitu mahasiswa Indonesia yang telah berhasil menembus kampus impiannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kehidupan perkuliahan di Harvard dan memastikan bahwa dirinya cocok dengan lingkungan akademik tersebut.

"Jadi aku coba cari role model untuk aku tahu kehidupan kuliahannya dulu, cocok nggak dengan hidup aku," ungkap Yani.

Langkah selanjutnya adalah mengunjungi laman resmi Harvard. Yani menekankan pentingnya memanfaatkan informasi yang tersedia di laman resmi universitas, yang menurutnya sangat lengkap dan detail. Informasi mengenai persyaratan pendaftaran, kehidupan kampus, biaya kuliah, hingga tanggal-tanggal penting semuanya tersedia secara transparan.

"Tinggal kita ngulik saja informasinya kayak gimana. Mulai dari persyaratan, kehidupan kampus, tuition fee, cara-cara daftarnya, tanggal-tanggalnya itu sudah sangat jelas," jelasnya.

Menguasai Persyaratan dan Menulis Esai yang Memukau

Salah satu tantangan terbesar dalam proses seleksi Harvard adalah mempersiapkan dokumen persyaratan, terutama esai. Yani mengungkapkan bahwa pada jurusan yang dipilihnya, ia diwajibkan untuk menulis empat jenis esai yang berbeda.

  • Esai Human Development: Esai ini mengulas ketertarikan pendaftar pada bidang Human Development.
  • Esai School Counseling Licensure Pathway: Esai ini menjelaskan alasan pendaftar memilih jalur School Counseling.
  • Esai Additional Information: Esai ini memberikan kesempatan bagi pendaftar untuk menambahkan informasi lain yang relevan.
  • Personal Statement: Esai ini berisi tentang minat pendaftar, bagaimana mereka akan belajar di Harvard, serta apa yang ingin mereka capai di masa depan.

Selain esai, Yani juga harus memenuhi persyaratan kemampuan berbahasa Inggris melalui tes IELTS. Jurusan yang dipilihnya mensyaratkan nilai minimal 7,5 per bagian. Ia pun berusaha keras untuk mencapai skor yang diinginkan.

"Kemudian kalau IELTS di programku minimal 7,5 per section. Jadi memang diharuskan itu, kalau bisa lebih dari 7,5. Makanya aku kemarin mati-matian banget IELTS-nya," ujarnya.

Wawancara Online: Kesempatan untuk Menunjukkan Diri

Tahapan selanjutnya adalah wawancara online. Yani menganggap wawancara ini mirip dengan tes IELTS, di mana ia harus menjawab pertanyaan secara spontan dan lugas. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah mengenai tantangan terbesar dalam dunia pendidikan.

"Saat itu aku ditanya 'What is the biggest challenge in education?' Dan aku langsung jawab directly tanpa ada clue apa-apa. Aku langsung bilang, aku langsung jawab dengan apa yang aku ingin sampaikan backgroundnya, yayasanku, semuanya," kenangnya.

Kumpulkan Dokumen Sejak Jauh Hari

Yani menyimpulkan bahwa proses aplikasi Universitas Harvard sebenarnya cukup mudah asalkan semua dokumen persyaratan telah disiapkan dengan lengkap. Ia menyarankan agar para calon pendaftar mengumpulkan dokumen sejak jauh hari, karena prosesnya bisa memakan waktu.

"Yang membuat susah itu adalah, kita nggak punya dokumennya. Meskipun cuma satu, itu akan susah banget. Jadi sebelum daftar, aku saranin semuanya dikumpulkan dulu, dokumennya sudah lengkap, kita daftarkan," jelasnya.

Yani sendiri membutuhkan waktu dua tahun untuk mengumpulkan semua berkas yang dibutuhkan. Persiapan yang matang akhirnya membuahkan hasil. Pada tanggal 7 Maret, ia menerima surat penerimaan dari Universitas Harvard, sebuah momen yang tak akan pernah dilupakannya.