Nestapa Warga Papanggo: Hidup di Tengah Tumpukan Sampah Kolong Tol Picu Masalah Kesehatan
Kondisi memprihatinkan dialami warga RT 10 RW 08, Kelurahan Papanggo, Jakarta Utara, yang tinggal di sekitar kolong tol dekat Jakarta International Stadium (JIS). Selama bertahun-tahun, mereka harus hidup berdampingan dengan gunungan sampah yang tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan.
Salah seorang warga, Dede Alamsyah (65), mengungkapkan pengalamannya berjuang melawan penyakit tuberkulosis (TBC) yang diduga kuat disebabkan oleh polusi udara dari sampah yang membusuk dan pembakaran limbah di kolong tol. "Dulu saya pernah kena TBC, kemungkinan besar karena bau sampah dan asap pembakaran. Padahal saya tidak merokok," ujarnya saat ditemui di lokasi.
Lokasi rumah Dede yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari tumpukan sampah membuatnya sangat rentan terpapar dampak negatif tersebut. Meskipun telah berhasil sembuh setelah menjalani pengobatan, pengalaman pahit itu menjadi gambaran nyata penderitaan warga yang tinggal di lingkungan tidak sehat.
Gunungan Sampah Persisten Sejak 2016
Permasalahan sampah di kolong tol ini telah berlangsung sejak tahun 2016. Menurut penuturan warga, banyak orang dari luar wilayah Papanggo yang sengaja membuang sampah di lokasi tersebut. Bahkan, sejumlah tukang gerobak disebut rutin membawa sampah dari wilayah Warakas untuk dibuang di kolong tol. Akibatnya, volume sampah terus meningkat hingga menggunung dan memenuhi hampir seluruh kolong tol sepanjang 500 meter, dengan ketinggian mencapai tiga meter.
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh pengurus RT setempat, seperti memberikan imbauan secara lisan maupun tertulis, serta memasang gembok pada akses jalan kolong tol, tidak membuahkan hasil. Oknum-oknum tidak bertanggung jawab tetap nekat membuang sampah dan bahkan merusak gembok yang dipasang.
Kebakaran dan Harapan Baru
Pada tanggal 16 April 2025, terjadi kebakaran di kolong tol yang diduga disebabkan oleh aktivitas pembakaran sampah oleh anak-anak. Meskipun menimbulkan kepanikan, kebakaran ini justru membawa secercah harapan bagi warga. Pasalnya, setelah kejadian tersebut, pemerintah daerah dan pihak terkait mulai memberikan perhatian terhadap masalah sampah di kolong tol.
"Alhamdulillah, sekarang ada petugas yang menjaga kebersihan. Jasa Marga juga peduli," kata Dede. Ia menambahkan bahwa sebelum kebakaran, sampah di kolong tol tersebut практически не убирался.
Saat ini, proses pembersihan sampah di kolong tol sedang berlangsung dengan melibatkan Dinas Lingkungan Hidup (LH) dan pihak tol. Alat berat seperti excavator dikerahkan untuk mengangkut tumpukan sampah, sehingga volume sampah secara bertahap berkurang.
Harapan Warga akan Ruang Terbuka Hijau
Dede dan warga lainnya berharap agar kolong tol tersebut dapat diubah menjadi ruang terbuka hijau setelah proses pembersihan selesai. Mereka mengusulkan pembangunan taman atau lapangan futsal yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bermain dan berolahraga. Selain itu, perubahan fungsi kolong tol menjadi ruang terbuka hijau diharapkan dapat mencegah pembuangan sampah ilegal di masa mendatang dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi warga sekitar.