Etika Berbahasa pada AI: Dampak Penggunaan 'Tolong' dan 'Terima Kasih' terhadap Konsumsi Energi ChatGPT
Konsumsi Energi ChatGPT Meningkat Akibat Penggunaan Kata 'Tolong' dan 'Terima Kasih'
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern. Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan menambahkan kata 'tolong' dan 'terima kasih' saat berinteraksi dengan ChatGPT ternyata memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan?
CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan bahwa penggunaan kata-kata sopan tersebut berkontribusi pada peningkatan konsumsi energi ChatGPT. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas pemrosesan bahasa yang lebih tinggi dan beban komputasi yang meningkat.
Mengapa 'Tolong' dan 'Terima Kasih' Mempengaruhi Konsumsi Energi?
Model AI seperti ChatGPT membutuhkan daya listrik yang besar untuk memproses data dan menghasilkan respons. Setiap permintaan atau perintah dipecah menjadi token-token kecil. Penambahan kata-kata seperti 'tolong' dan 'terima kasih' menambah jumlah token yang harus diproses, sehingga meningkatkan kebutuhan komputasi dan konsumsi energi secara keseluruhan.
Energi yang digunakan untuk memproses setiap kata berasal dari pembangkit listrik. Jika pembangkit tersebut menggunakan bahan bakar fosil, prosesnya menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa satu email berisi 100 kata dapat mengonsumsi 0,14 kWh listrik, cukup untuk menyalakan 14 lampu LED selama satu jam.
Implikasi Finansial dan Lingkungan
Altman memperkirakan bahwa penggunaan kata 'tolong' dan 'terima kasih' menghabiskan puluhan juta dollar AS untuk peningkatan energi. Peningkatan beban komputasi dan energi untuk memproses permintaan yang lebih sopan dan kompleks ini menjadi perhatian serius.
Meskipun biaya tersebut dianggap sepadan, dampaknya terhadap lingkungan tidak bisa diabaikan. Pusat data yang mendukung AI seperti ChatGPT mengonsumsi sekitar 2 persen listrik dunia. Dengan semakin banyaknya aplikasi AI dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan listrik akan terus meningkat, dan penambahan kata-kata yang kurang efektif hanya akan memperburuk situasi.
Etika Berbahasa dengan AI
Survei menunjukkan bahwa sebagian besar orang bersikap sopan saat menggunakan AI. Alasan di balik perilaku ini bervariasi, mulai dari sekadar merasa senang hingga kekhawatiran tentang potensi pemberontakan AI di masa depan.
Direktur desain Microsoft, Kurtis Beavers, berpendapat bahwa bersikap sopan kepada AI memiliki tujuan fungsional. Bahasa yang sopan dapat memengaruhi respons AI, membuatnya merespons dengan cara yang lebih positif.
Kesimpulan
Penggunaan kata 'tolong' dan 'terima kasih' saat berinteraksi dengan ChatGPT memiliki dampak yang lebih besar dari yang kita kira. Selain meningkatkan konsumsi energi, kebiasaan ini juga berkontribusi terhadap emisi GRK dan perubahan iklim. Meskipun bersikap sopan kepada AI memiliki manfaat tertentu, penting untuk mempertimbangkan implikasi lingkungan dari setiap interaksi kita dengan teknologi ini.