Jejak Inspiratif Joko Mulyono: Dari Putra Tukang Kayu Hingga Atlet Atletik Disabilitas Berprestasi
Joko Mulyono, pemuda berusia 21 tahun asal Kota Batu, Jawa Timur, telah menjelma menjadi sosok atlet atletik disabilitas yang menginspirasi. Lahir dari keluarga sederhana, dengan ayah seorang tukang kayu, Joko membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi gemilang.
Namanya kini menjadi perbincangan hangat setelah mencatatkan prestasi membanggakan di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII 2024. Medali emas diraihnya pada nomor lari 100 meter dan 200 meter, membuktikan kecepatan dan ketekunan yang dimilikinya. Tak hanya itu, ia juga menyumbangkan medali perak di nomor 400 meter dan kembali meraih emas dalam nomor estafet 4x100 meter.
Perjalanan Joko di dunia atletik terbilang singkat, belum genap satu tahun. Namun, dengan semangat juang yang tinggi dan bakat yang terasah, ia bertekad untuk mewakili Indonesia di ajang Asean Para Games yang akan digelar di Thailand. Keyakinan ini didasari oleh prestasi-prestasi yang telah diraihnya, menjadi modal berharga untuk bersaing di kancah internasional.
"Dari pihak NPCI (National Paralympic Committee Indonesia) Jawa Timur ada yang bilang kalau saya bakalan ditarik pelatnas, saya menerima informasi tersebut secara lisan," ungkap Joko.
Menyadari persaingan ketat di Asean Para Games, Joko mengakui bahwa lawan terberatnya kemungkinan berasal dari negara tuan rumah, Thailand. Namun, ia juga mewaspadai atlet-atlet dari Indonesia sendiri, yang memiliki potensi besar untuk meraih podium.
Guna mempersiapkan diri secara optimal, Joko terus berlatih dengan giat. Ia fokus pada pengembalian masa otot setelah berpuasa, serta meningkatkan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan. Selain itu, ia juga terus memperbaiki teknik lari, baik dari segi gerakan tangan maupun kaki. Jadwal latihan intensif dijalani dengan program yang terukur, agar tidak membebani tubuhnya secara berlebihan.
Kisah hidup Joko penuh dengan liku-liku. Kecelakaan mobil di usia 4 tahun mengubah jalan hidupnya. Tangan kanannya harus diamputasi, dan kedua kakinya mengalami cedera serius. Namun, ia tidak menyerah pada keadaan. Setelah dua tahun berjuang, Joko akhirnya bisa berjalan normal kembali.
"Saya dulu mengalami kecelakaan tertabrak mobil waktu membenarkan rem mobil pada usia 4-5 tahunan, seingat saya. Waktu itu saya bermain, kemudian saya tidak tahu tiba-tiba mobilnya berjalan mundur dan menabrak saya. Akhirnya, tangan saya langsung patah di tempat karena tangan kanan saya berada di tembok," kenangnya.
Motivasi Joko menjadi atlet disabilitas berawal dari keinginan untuk membuktikan diri kepada orang-orang yang meremehkannya. Ia ingin menunjukkan bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki, ia tetap bisa meraih impian dan membanggakan orang tua.
Ketua NPCI Kota Batu, Nenik Arriza, berharap agar Pemerintah Kota Batu memberikan dukungan penuh kepada atlet-atlet disabilitas di Kota Batu. Dukungan ini diharapkan dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana olahraga yang ramah bagi penyandang disabilitas. Nenik juga mengungkapkan kebanggaannya atas prestasi NPCI Kota Batu yang baru berusia dua tahun, namun telah mampu menduduki peringkat 7 di ajang Peparprov Jatim.
Kisah Joko Mulyono adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan keyakinan pada diri sendiri dapat mengantarkan seseorang meraih kesuksesan, meskipun dihadapkan pada berbagai keterbatasan.