Eskalasi Konflik di Yaman: Serangan Udara AS Tewaskan Puluhan Orang dalam Empat Hari Terakhir

Gelombang serangan udara yang dilancarkan oleh militer Amerika Serikat (AS) di Yaman dalam kurun waktu empat hari terakhir telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan. Serangan-serangan ini, yang dilaporkan telah merenggut nyawa sedikitnya 92 orang, menandai peningkatan dramatis dalam intensitas konflik dan menjadi insiden paling mematikan sejak dimulainya kampanye militer AS terhadap kelompok Houthi 15 bulan lalu.

Serangan yang paling mematikan terjadi di pelabuhan bahan bakar Ras Issa. Menurut laporan dari kelompok Houthi, serangan ini mengakibatkan sedikitnya 80 orang tewas dan 150 lainnya mengalami luka-luka. Sasaran dari serangan ini adalah fasilitas logistik yang dianggap sebagai sumber pendanaan dan pasokan utama bagi kelompok pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran.

Selain serangan di Ras Issa, dilaporkan bahwa serangan udara juga menyasar wilayah di sekitar ibu kota Yaman, Sana'a. Media pemberontak Al Masirah melaporkan bahwa serangan ini berpotensi menambah jumlah korban jiwa. Juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees Alasbahi, menyatakan bahwa proses pencarian jasad korban masih terus berlangsung di terminal bahan bakar Laut Merah, dan jumlah korban jiwa diperkirakan akan terus meningkat.

Menyusul serangan-serangan tersebut, gelombang protes merebak di kota-kota yang dikuasai oleh pemberontak Houthi. Ribuan warga turun ke jalan di Sana'a dan kota-kota lainnya, meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika dan anti-Israel. Aksi demonstrasi ini mencerminkan kemarahan dan ketegangan yang meningkat di tengah masyarakat Yaman.

Sebagai tanggapan atas serangan-serangan tersebut, kelompok Houthi mengklaim telah meluncurkan serangan rudal yang menargetkan dua kapal induk milik AS serta wilayah Israel. Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka berhasil mencegat rudal yang diluncurkan dari arah Yaman.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan bahwa serangan-serangan AS hanya akan memicu perlawanan yang lebih besar. Ia menegaskan bahwa peningkatan kekuatan militer Amerika dan agresi yang terus berlanjut terhadap Yaman hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan balik dan operasi penyerangan.