Investasi Tetap Mengalir Deras, Investor Nilai Pelemahan Rupiah Belum Jadi Penghalang

markdown Kinerja investasi Indonesia menunjukkan resiliensi yang kuat di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, mengungkapkan bahwa para investor masih menganggap pelemahan rupiah berada dalam batas yang dapat diterima, sehingga aktivitas investasi tetap berjalan lancar.

Menurut Rosan, realisasi investasi pada kuartal I tahun 2025 mencapai angka yang signifikan, yakni Rp 465,2 triliun. Angka ini setara dengan 24,4% dari target investasi sepanjang tahun 2025 yang dipatok sebesar Rp 1.905,6 triliun. Menariknya, komposisi investasi asing dan dalam negeri hampir berimbang, dengan investasi asing mencapai Rp 230,4 triliun atau 49,5% dari total realisasi.

"Sejauh ini, umpan balik yang kami terima menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah masih berada dalam rentang yang dapat diterima oleh para investor. Oleh karena itu, kegiatan investasi masih dapat terus berjalan," ujar Rosan usai menghadiri rapat di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada hari Rabu (23/4/2025).

Lebih lanjut, Rosan menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merupakan salah satu indikator penting yang diperhatikan investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor akan melakukan perhitungan dan manajemen risiko secara cermat sebelum menanamkan modal. Jika risiko yang teridentifikasi relatif kecil, maka kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia akan semakin meningkat.

"Para investor melihatnya masih dalam rentang yang dapat diterima. Selama masih dalam rentang tersebut, mereka akan terus berinvestasi. Tentunya, mereka melakukan asesmen risiko yang komprehensif, termasuk risiko yang berasal dari fluktuasi mata uang," imbuhnya.

Dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah memang mengalami tekanan dan sempat mendekati level Rp 17.000 per dolar AS. Pada hari yang sama, rupiah berada di level Rp 16.868 per dolar AS, melemah 8,5 poin atau 0,05% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, menyoroti bahwa pasar sedang menanti keputusan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga. BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan dari dolar AS. Pasar juga masih mencermati dampak dari potensi kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.

Namun, terdapat kabar baik dari Gedung Putih yang mengindikasikan adanya upaya untuk meredakan ketegangan perang tarif dengan China. Sentimen ini disambut positif oleh pasar, terlihat dari pergerakan positif indeks saham Asia. Rupiah pun berpotensi menguat terhadap dolar AS, meskipun risiko pelemahan masih tetap ada.

"Saat dolar AS melemah pada hari Senin, nilai tukar rupiah hanya menguat 30 poin. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar masih belum sepenuhnya yakin terhadap kondisi perekonomian di tengah kebijakan tarik-ulur tarif Trump. Potensi penguatan rupiah mengarah ke level 16.800, dengan resistensi di kisaran 16.880," pungkas Ariston.