Bank Indonesia Pertimbangkan Pelonggaran Kebijakan Moneter di Tengah Stabilitas Rupiah

Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan adanya potensi penurunan suku bunga acuan di masa mendatang, sebuah langkah yang dipertimbangkan seiring dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa bank sentral akan terus memantau secara seksama ruang untuk menurunkan BI rate. Pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan ini adalah stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, proyeksi inflasi yang terkendali, serta kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang diselenggarakan secara virtual.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada tanggal 22 dan 23 April 2025, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility juga tetap dipertahankan sebesar 5%, dan suku bunga Lending Facility stabil di angka 6,5%.

Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar Rupiah. Upaya ini dilakukan sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia, terutama melalui intervensi transaksi Non-Delivery Forward (NDF) di pasar luar negeri (offshore).

Gubernur Perry Warjiyo menjelaskan bahwa sejak tanggal 7 April 2025, BI secara aktif melakukan intervensi di pasar NDF offshore, mencakup pasar Asia, Eropa, dan New York. Langkah ini diambil untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah tekanan global yang tinggi.

Intervensi BI di pasar valuta asing telah menunjukkan hasil positif, dengan perkembangan nilai tukar Rupiah yang terkendali dan cenderung stabil. Hal ini, menurut Perry, mencerminkan efektivitas kebijakan yang diambil oleh bank sentral dalam merespons dinamika pasar global.