Volatilitas Pasar Minyak: Harga Sempat Tertekan Kekhawatiran Pasokan dan Perang Dagang, Kini Menunjukkan Pemulihan
Perdagangan minyak global menunjukkan dinamika yang cukup fluktuatif. Sempat mengalami penurunan tajam hingga 2%, pasar minyak kini memperlihatkan tanda-tanda pemulihan meskipun masih dibayangi oleh sentimen negatif. Penurunan harga sebelumnya dipicu oleh dua faktor utama: potensi peningkatan pasokan dari negara-negara anggota OPEC+ dan eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Pada hari Rabu waktu Amerika Serikat, harga minyak mentah Brent dilaporkan turun sebesar US$ 1,32 atau setara dengan 1,96%, sehingga mencapai level US$ 66,12 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar US$ 1,40 atau 2,2%, berada di posisi US$ 62,27 per barel. Penurunan ini merupakan respons pasar terhadap spekulasi bahwa beberapa anggota OPEC+ tengah mempertimbangkan untuk mempercepat peningkatan produksi minyak pada bulan Juni. Informasi ini, yang bersumber dari tiga pihak yang mengetahui perundingan internal OPEC+, menimbulkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar.
Selain isu pasokan, perang dagang antara AS dan China turut memperburuk sentimen pasar. Ancaman penerapan tarif yang lebih tinggi memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global, yang pada gilirannya dapat menurunkan permintaan minyak. Namun, di tengah sentimen negatif tersebut, muncul secercah harapan. Laporan dari The Wall Street Journal menyebutkan bahwa Gedung Putih bersedia untuk menurunkan tarif terhadap barang-barang impor dari China hingga 50% sebagai upaya untuk membuka kembali perundingan perdagangan. Sinyal ini memberikan sedikit dorongan positif terhadap harga minyak.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa tarif yang saat ini diterapkan, yakni 145% untuk produk China dan 125% untuk produk AS, tidak berkelanjutan dan perlu diturunkan sebelum dimulainya kembali pembicaraan perdagangan. Meskipun demikian, Bessent tidak menyebutkan angka spesifik mengenai besaran penurunan tarif yang diinginkan. Di sisi lain, Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan dalam sebuah wawancara bahwa tidak akan ada pengurangan tarif sepihak atas barang-barang dari China.
Setelah sempat tertekan, harga minyak menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Harga minyak mentah Brent naik tipis sebesar 6 sen atau 0,09%, menjadi US$ 66,18 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS juga mengalami kenaikan sebesar 7 sen atau 0,11%, mencapai level US$ 62,34 per barel. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa pasar mulai merespons positif potensi perundingan perdagangan antara AS dan China, meskipun masih dibayangi oleh kekhawatiran terkait pasokan minyak dari OPEC+.