Ekonomi Korea Selatan Menyusut di Kuartal Pertama 2025: Kontraksi Pertama dalam Empat Tahun Terakhir
Ekonomi Korea Selatan Alami Kontraksi
Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan mengalami kontraksi sebesar 0,1% pada kuartal pertama tahun 2025, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Data ini menandai penurunan pertama dalam pertumbuhan ekonomi negara tersebut sejak kuartal keempat tahun 2020.
Penurunan ini jauh dari perkiraan para analis yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,1%. Selain itu, angka ini kontras dengan pertumbuhan sebesar 1,2% yang tercatat pada kuartal keempat tahun 2024. Data dari Bank of Korea (BoK) mengindikasikan bahwa penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan signifikan dalam sektor konstruksi, yang mengalami kontraksi sebesar 12,4%.
Secara kuartalan, PDB Korea Selatan juga mengalami penurunan sebesar 0,2%, berbalik dari pertumbuhan positif 0,1% pada kuartal sebelumnya. Bank sentral Korea sebelumnya telah memperingatkan potensi penurunan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2025, memperkirakan angka di bawah 1,5%.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontraksi
BoK menyoroti beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi ini, termasuk melemahnya permintaan domestik dan penurunan ekspor. Ketidakpastian politik yang berkepanjangan dan kondisi perdagangan yang memburuk juga menjadi perhatian utama. Ketidakpastian politik ini terkait dengan proses pemakzulan mantan presiden dan perdana menteri.
Para analis memperkirakan bahwa BoK mungkin akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi. ANZ juga menyoroti adanya kemunduran yang meluas dalam perekonomian, yang diperparah oleh gejolak politik domestik dan meningkatnya ketegangan perdagangan global. Mereka merekomendasikan respons kebijakan yang lebih kuat, termasuk potensi pemangkasan suku bunga tambahan dan stimulus fiskal yang signifikan.
Dampak Perang Dagang dan Pemilihan Presiden
Perekonomian Korea Selatan, yang sangat bergantung pada ekspor, juga terkena dampak dari ketegangan perdagangan global. Meskipun ada penangguhan sementara tarif oleh Amerika Serikat, Korea Selatan masih menghadapi tarif tertentu untuk ekspor baja dan mobil, yang merupakan komoditas ekspor utama ke AS.
Selain itu, pemilihan presiden yang akan datang di Korea Selatan dapat mempengaruhi negosiasi perdagangan dengan AS. Pemerintah baru yang terbentuk setelah pemilihan dapat memiliki pendekatan yang berbeda terhadap kesepakatan perdagangan, yang dapat mempengaruhi hasilnya.
Perwakilan Korea Selatan juga tengah melakukan pembicaraan perdagangan dengan AS, dengan harapan mencapai hasil yang saling menguntungkan. Kementerian perdagangan, industri, dan energi Korea Selatan sedang mengoordinasikan agenda pertemuan dengan AS.