Wabah DBD Mengganas di Bone Bolango, Pemerintah Daerah Tingkatkan Kewaspadaan

Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, tengah menghadapi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang signifikan memasuki tahun 2025. Peningkatan ini mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih intensif.

Sebaran kasus DBD terdeteksi merata di seluruh 16 kecamatan yang ada di Bone Bolango. Kecamatan Suwawa Tengah menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, mencapai 12 kasus. Sementara itu, Kecamatan Kabila mencatat 7 kasus, diikuti oleh Bulango Utara dan Tilongkabila dengan masing-masing 6 kasus.

Kecamatan Suwawa Tengah ditetapkan sebagai episentrum wabah ini, dengan Desa Lombongo mencatatkan angka tertinggi yaitu 10 kasus. Selain itu, ditemukan klaster keluarga di Popodu, Kecamatan Bulango Timur, dengan 4 kasus terinfeksi.

Berdasarkan data yang dihimpun, dari total 61 kasus DBD yang dilaporkan, 31 kasus (50,82%) terjadi pada perempuan dan 30 kasus (49,18%) pada laki-laki. Sayangnya, satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit ini.

Puluhan warga yang terinfeksi DBD menunjukkan gejala umum seperti demam tinggi, sakit kepala parah, mual, muntah, dan nyeri otot. Akibatnya, banyak pasien harus dirawat intensif di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk Puskesmas dan sejumlah rumah sakit seperti Rumah Sakit Toto Kabila, RSIA Siti Khadijah, Rumah Sakit Multazam, Rumah Sakit Bunda, dan Rumah Sakit Aloei Saboe.

Shintia Rivai, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, menjelaskan bahwa faktor lingkungan dan perilaku masyarakat menjadi penyebab utama peningkatan kasus DBD. Kondisi lingkungan yang kurang bersih, seperti penumpukan sampah, selokan yang tersumbat, dan tempat penampungan air terbuka, menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak dan menularkan virus DBD.

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Dinas Kesehatan Bone Bolango, dan Puskesmas telah bergerak cepat untuk mengatasi situasi ini. Upaya advokasi telah dilakukan kepada kepala desa untuk mengaktifkan kembali program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan membentuk kader pemantau jentik di tingkat komunitas.

"Kami mendorong Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelaporan dan surveilans kasus, serta mengedukasi masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)," ujar Shintia Rivai pada Rabu (23/4/2025).

Meski berbagai upaya edukasi telah dilakukan, perubahan perilaku masyarakat masih belum signifikan, sehingga efektivitasnya belum optimal. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan menekankan pentingnya kolaborasi antara petugas kesehatan dan warga untuk mempercepat penanganan DBD.

Masyarakat diimbau untuk secara aktif terlibat dalam membersihkan lingkungan sekitar, melaksanakan PSN secara rutin, mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, dan menutup rapat tempat penampungan air.

Langkah-langkah pencegahan ini diharapkan dapat mengendalikan penyebaran DBD dan mencegah perluasan kasus ke wilayah lain di Bone Bolango.