Tantangan Keberlanjutan Produk Nikel Indonesia di Pasar Global: Menuju Industri Baterai EV yang Berkelanjutan

Indonesia Didesak Atasi Isu Keberlanjutan Nikel Demi Daya Saing Global

Jakarta, Indonesia – Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam memastikan keberlanjutan produk nikelnya agar dapat bersaing di pasar global, terutama di negara-negara maju. Kekhawatiran ini muncul seiring dengan ambisi Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) pada tahun 2045.

Peneliti Tenggara Strategics, Intan Salsabila Firman, menekankan perlunya roadmap yang jelas dan komprehensif terkait produksi baterai dan komponen-komponennya. Hal ini penting untuk mendukung target ambisius tersebut. Selain itu, penyelesaian masalah keberlanjutan dalam rantai pasok menjadi krusial. Pernyataan ini disampaikan dalam forum RE Invest Indonesia 2025 yang bertajuk "Indonesia as the Next EV Production Hub" di Auditorium CSIS.

Hambatan Regulasi dan Persyaratan Pasar

Ketidakpastian hukum terkait keberlanjutan dan tanggung jawab dalam proses produksi baterai dapat menghambat akses Indonesia ke pasar negara maju. Uni Eropa (UE), misalnya, akan menerapkan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) pada tahun 2026. Kebijakan ini akan membatasi impor barang dari sektor-sektor yang menghasilkan banyak karbon, termasuk industri pertambangan dan baterai. Selain itu, EU Deforestation Regulation (EUDR), yang bertujuan mencegah impor komoditas dan produk terkait deforestasi, juga menjadi perhatian.

Peluang Investasi Energi Bersih

Di sisi lain, Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat memberikan dukungan bagi investasi dalam energi bersih dan pengurangan emisi karbon. Ini termasuk investasi dalam pembangkit listrik energi terbarukan, baterai, dan kendaraan listrik. Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini dengan memastikan produk nikelnya memenuhi standar keberlanjutan yang ditetapkan.

Tantangan dan Solusi

Masalah keberlanjutan dalam industri nikel Indonesia meliputi:

  • Deforestasi akibat pertambangan
  • Emisi karbon dari proses produksi
  • Pengelolaan limbah yang tidak tepat
  • Dampak sosial terhadap masyarakat lokal

Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia perlu:

  • Memperkuat regulasi dan pengawasan lingkungan
  • Mendorong penggunaan teknologi yang lebih bersih
  • Mengembangkan praktik pertambangan yang bertanggung jawab
  • Memastikan keterlibatan dan manfaat bagi masyarakat lokal

Dengan mengatasi isu-isu keberlanjutan ini, Indonesia dapat meningkatkan daya saing produk nikelnya di pasar global dan mewujudkan ambisinya sebagai pusat produksi baterai EV yang berkelanjutan.