Perundingan Tarif Indonesia-AS: Proses Berjalan Dinamis, Kesepakatan Belum Tercapai

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa negosiasi tarif antara delegasi Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih berlangsung intensif dan belum mencapai titik final.

Dalam konferensi pers daring dari Washington DC, Airlangga menjelaskan bahwa posisi kedua negara dalam perundingan masih sangat dinamis. Tawaran yang diajukan oleh negosiator Indonesia dan respons dari pihak AS terus berkembang seiring berjalannya waktu. "Karena kita dalam proses perundingan, tentu apa yang ditawarkan dan apa respons itu masih merupakan hal yang dinamis, jadi bukan posisi yang statis," ujarnya.

Lebih lanjut, Airlangga menekankan pentingnya menjaga kerahasiaan materi negosiasi hingga kedua belah pihak mencapai kesepakatan. Hal ini dilakukan untuk menjaga efektivitas perundingan dan menghindari potensi kesalahpahaman. Secara garis besar, Indonesia menawarkan kemudahan perdagangan di sektor energi dan pertanian. Namun, rincian lebih lanjut akan diumumkan setelah kesepakatan tercapai.

Meski demikian, Airlangga mengungkapkan bahwa AS memberikan respons positif terhadap pendekatan negosiasi yang diambil Indonesia. Indonesia dinilai sebagai salah satu negara pertama yang merespons kebijakan tarif AS dengan cepat. Hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam proses perundingan. "Tentunya ada keuntungan bagi Indonesia, karena ini sebagai salah satu adalah early proofer advantage, yang bisa menjadi salah satu referensi bagi Amerika," ungkapnya.

Namun, Airlangga juga mengakui adanya tantangan dalam proses negosiasi. Indonesia harus bersaing dengan lebih dari 70 negara lain yang juga berupaya menegosiasikan tarif dengan AS. Meski demikian, Indonesia telah berhasil mendapatkan perhatian dan jadwal perundingan yang dipersiapkan dengan baik. Bahkan, Indonesia mengusulkan timeline yang lebih pendek, yaitu 60 hari, yang diapresiasi oleh negara-negara lain yang hadir di Washington.

"Alhamdulillah ini sudah berhasil kita capai, dan schedule sudah dipersiapkan, bahkan Indonesia mengusulkan timeline yang lebih pendek yaitu 60 hari, dan ini diapresiasi oleh berbagai negara yang kebetulan sedang ada di Washington," kata Airlangga. Airlangga juga menambahkan bahwa Indonesia telah berdiskusi dengan negara-negara yang memiliki pandangan serupa untuk berbagi informasi dan strategi yang bermanfaat.

Kebijakan tarif resiprokal AS, yang diumumkan pada 2 April 2025, berdampak pada Indonesia, dengan potensi kenaikan tarif impor hingga 32 persen. Sementara beberapa negara memilih jalur retaliasi, Indonesia memilih untuk bernegosiasi. AS kemudian menunda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari bagi negara yang tidak melakukan retaliasi, termasuk Indonesia. Namun, tarif dasar universal sebesar 10 persen tetap berlaku.

Berikut adalah poin-poin penting yang diungkapkan Airlangga Hartarto terkait negosiasi tarif Indonesia-AS:

  • Proses negosiasi masih berlangsung dinamis dan belum mencapai kesimpulan.
  • Indonesia menawarkan kemudahan perdagangan di sektor energi dan pertanian.
  • AS merespons positif pendekatan negosiasi Indonesia.
  • Indonesia menghadapi tantangan dalam bersaing dengan banyak negara lain yang juga bernegosiasi dengan AS.
  • Indonesia mengusulkan timeline negosiasi yang lebih pendek.
  • Indonesia berdiskusi dengan negara-negara yang memiliki pandangan serupa.
  • Kebijakan tarif resiprokal AS berdampak pada Indonesia.
  • Indonesia memilih jalur negosiasi daripada retaliasi.