Penjualan Otomotif Merosot Tajam, DPR Soroti Kurangnya Strategi Pemerintah
Kondisi pasar otomotif nasional kini berada dalam sorotan tajam setelah mengalami penurunan penjualan kendaraan roda empat selama dua kuartal berturut-turut. Penurunan ini bukan lagi sekadar perlambatan, melainkan indikasi kuat resesi di sektor tersebut. Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Hanif Dhakiri, mendesak pemerintah untuk segera merumuskan dan mengimplementasikan strategi yang komprehensif guna mengatasi masalah ini.
Menurut Dhakiri, membiarkan situasi ini berlarut-larut tanpa intervensi yang tepat dapat memicu gejolak ekonomi yang lebih serius. Ia menekankan bahwa masalah ini bukan hanya fluktuasi pasar biasa, tetapi merupakan kombinasi dari melemahnya daya beli masyarakat, ketidakpastian ekonomi global, dan transisi menuju kendaraan listrik yang belum didukung oleh ekosistem yang memadai.
Data dari Gaikindo menunjukkan penurunan yang signifikan dalam penjualan mobil. Penjualan wholesales mengalami penurunan sebesar 4,7 persen pada kuartal I/2025, sementara penjualan ritel bahkan lebih buruk, anjlok sebesar 8,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan juga telah menyoroti fenomena di mana masyarakat cenderung menunda pembelian mobil konvensional, dengan harapan harga kendaraan listrik akan lebih terjangkau di masa depan berkat insentif pemerintah. Dhakiri mengakui pentingnya transisi ke kendaraan listrik, tetapi mengingatkan bahwa transisi ini tidak boleh menciptakan kekosongan ekonomi.
"Pemerintah tidak boleh mengabaikan industri otomotif konvensional begitu saja, sementara industri baru belum siap menggantikan fungsi ekonomi, lapangan kerja, dan ekspor yang ada," tegasnya.
Oleh karena itu, Dhakiri menyarankan agar insentif pemerintah diarahkan secara transformatif, tidak hanya untuk mendorong konsumsi mobil listrik, tetapi juga untuk menjaga daya saing industri otomotif konvensional selama masa transisi. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong industrialisasi komponen lokal dan memperluas pasar ekspor untuk mengurangi tekanan dari luar negeri, termasuk potensi risiko tarif balasan dari mitra dagang utama seperti Amerika Serikat.
Dhakiri menekankan bahwa negara harus berperan aktif sebagai penuntun transisi, bukan hanya sekadar memberikan insentif jangka pendek. Ia mengingatkan bahwa isu ini adalah tentang menjaga keberlangsungan industri manufaktur nasional sambil membangun masa depan industri otomotif Indonesia yang mandiri dan berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu menjadi perhatian pemerintah:
- Penyusunan Strategi Jelas: Pemerintah harus segera memiliki strategi yang jelas dan terukur untuk mengatasi resesi di sektor otomotif.
- Dukungan Industri Konvensional: Pemerintah tidak boleh mengabaikan industri otomotif konvensional selama masa transisi ke kendaraan listrik.
- Insentif Transformative: Insentif pemerintah harus diarahkan untuk menjaga daya saing industri otomotif konvensional dan mendorong industrialisasi komponen lokal.
- Ekspansi Pasar Ekspor: Pemerintah perlu memperluas pasar ekspor untuk mengurangi tekanan dari luar negeri.
- Peran Negara: Negara harus hadir sebagai penuntun transisi, bukan hanya sekadar penyedia insentif sesaat.