Jejak Raja Dayak di Pulau Tidung: Kisah Tersembunyi di Kepulauan Seribu
Pulau Tidung, yang terkenal dengan keindahan pantainya di gugusan Kepulauan Seribu, menyimpan sebuah cerita unik yang jarang diketahui wisatawan. Di balik gemerlapnya pariwisata, terdapat jejak sejarah yang menghubungkan pulau ini dengan suku Dayak dari Kalimantan.
Keterkaitan ini bermula dari seorang Raja Tidung yang berasal dari Kalimantan dan kemudian menetap di pulau ini. Sebagai bentuk penghormatan, namanya diabadikan menjadi nama pulau tersebut. Makam sang raja, yang terletak di tengah pulau tepat di samping Kantor Urusan Agama (KUA), menjadi saksi bisu perjalanan sejarah ini. Sebuah prasasti bertuliskan "Makam Raja Tidung XIII" menandai lokasi tersebut, dengan tugu kecil yang memuat silsilah raja dan asal-usulnya.
Menurut catatan sejarah, Raja Tidung XIII bernama Aji Muhammad Sapu Kaca, bergelar Raja Pandita, lahir di Malinau, Kalimantan Utara, pada tanggal 20 Juli 1817 dan wafat di Pulau Tidung pada tahun 1898. Ia memerintah sebagai Raja Tidung XIII di Malinau dari tahun 1853 hingga 1892. Namun, cerita yang beredar di kalangan penduduk setempat menyebutkan bahwa ia kalah dalam peperangan dan diasingkan ke Batavia pada tahun 1892.
Seiring berjalannya waktu, jejak-jejak kebudayaan Dayak di Pulau Tidung semakin memudar. Sayangnya, tidak ada artefak atau sentuhan budaya Dayak yang dapat ditemukan di sana saat ini. Kondisi ini sangat disayangkan oleh pengamat dan ahli pariwisata, Profesor Azril, yang berpendapat bahwa Pulau Tidung sebagai destinasi wisata pulau kecil (small island tourism) seharusnya dapat mengangkat keunikan ini untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Profesor Azril menyarankan agar pemerintah daerah dapat menelusuri lebih dalam sejarah dan keterkaitan Pulau Tidung dengan suku Dayak. Ia mengusulkan untuk mengangkat budaya Dayak, seperti seni tato tradisional, yang memiliki daya tarik internasional. Selain itu, ia juga menyarankan untuk membuat buku atau film yang menceritakan kisah ini, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan popularitas Pulau Tidung sebagai destinasi wisata yang unik dan menarik.
Profesor Azril menambahkan bahwa Pemerintah DKI Jakarta harus menelusuri lebih dalam keterkaitan Pulau Tidung dengan suku Dayak dan menjadikan hal ini sebagai daya tarik wisata yang unik. Ia mencontohkan potensi pengembangan seni tato Dayak di Pulau Tidung, mengingat popularitas seni tato Dayak di dunia internasional. Dengan menggali dan mempromosikan akar budaya Dayak di Pulau Tidung, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pariwisata pulau ini dan menarik minat wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
- Sejarah Raja Tidung dan hubungannya dengan Kalimantan
- Lokasi makam Raja Tidung di Pulau Tidung
- Keterkaitan budaya Dayak dengan Pulau Tidung
- Potensi pengembangan pariwisata berbasis budaya di Pulau Tidung