Kiprah Kartini Muda: Mengukir Kesuksesan Brand Fesyen Lokal Sebelum Usia 30 Tahun

Setiap tanggal 21 April, semangat Kartini selalu membara, menjadi simbol perjuangan perempuan Indonesia untuk terus maju dan berkarya. Semangat ini pula yang menjadi pendorong bagi tiga perempuan muda inspiratif, Sabila Anjani Syahrul, Meutia Tasla Syahrul, dan Cella Chintania, pendiri brand fesyen lokal Luxxe Studio.

Berdiri sejak tahun 2016, Luxxe Studio lahir dari keresahan pribadi akan sulitnya menemukan pakaian formal yang sesuai dengan selera mereka. Kini, brand tersebut telah berkembang pesat dengan ciri khas desain yang modern, fungsional, dan berkualitas tinggi. "Kami ingin menciptakan pakaian yang benar-benar kami sukai untuk dipakai sendiri. Bukan hanya tentang gaya, tetapi juga tentang potongan, kenyamanan, dan kualitas bahan," ungkap Sabila.

Perjalanan membangun Luxxe Studio tidaklah mudah. Ketiga perempuan muda ini melakukan segalanya secara mandiri, mulai dari proses produksi, pemasaran, hingga membangun kepercayaan pelanggan satu per satu. Mereka bahkan rela mengikuti kelas di sekolah mode untuk memahami seluk-beluk industri fesyen secara teknis dan bisnis.

"Dulu, e-commerce belum sepopuler sekarang. Kami melayani pembelian melalui pesan pribadi (DM), satu per satu," kenang Sabila. Tantangan ini justru menjadi pelajaran berharga bagi mereka untuk membangun brand dari nol.

Titik balik terjadi ketika Luxxe Studio bergabung dengan e-commerce Shopee pada tahun 2017. Langkah ini awalnya diambil sebagai respons terhadap permintaan pelanggan yang merasa lebih nyaman bertransaksi melalui platform tersebut.

Waktu demi waktu, Shopee berkembang menjadi kanal penjualan utama bagi Luxxe Studio. Fitur-fitur seperti Shopee Live dan Shopee Video membuka ruang interaksi langsung antara Luxxe Studio dengan para konsumen. Selain itu, program Shopee Affiliate juga turut memperluas jangkauan promosi brand.

"Melalui Shopee Live, kami dapat menjelaskan detail produk secara real-time, yang meningkatkan kepercayaan pelanggan. Kami juga melihat lonjakan pesanan saat kampanye tanggal kembar, seperti 9.9, 10.10, dan 11.11, bahkan bisa mencapai tiga kali lipat dari hari biasa," jelas Sabila.

Berkat berbagai kampanye dan fitur Shopee, omzet Luxxe Studio meningkat 20–30 persen setiap tahunnya. Bahkan, menjelang Ramadan, penjualan mereka dapat melonjak hingga 200 persen melalui partisipasi dalam kampanye spesial, seperti Shopee Ramadan Fashion Bazar.

Luxxe Studio tidak hanya berfokus pada penjualan, tetapi juga dikenal dengan pendekatan desain yang memadukan elemen tradisional dan gaya modern. Contohnya, Raya Collection 2025 Luxxe Studio mengangkat keanggunan busana perempuan Indonesia dalam sentuhan kekinian.

"Kami percaya bahwa produk lokal harus memiliki karakter yang kuat. Mulai dari desain, kualitas, hingga pengemasan, semuanya harus menarik dan memiliki nilai," tegas Sabila.

Lebih dari sekadar brand fesyen, Luxxe Studio juga menjadi wadah pemberdayaan perempuan. Hal ini tercermin dari tim produksi yang sebagian besar terdiri dari perempuan. Luxxe Studio memiliki tim khusus detail payet yang diisi oleh para ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar lokasi produksi. Jam kerja mereka diatur fleksibel, yaitu hingga pukul 4 sore setiap hari, agar para ibu tetap dapat menjalankan peran mereka dalam keluarga.

"Kami ingin bisnis ini tidak hanya berdampak secara ekonomi, tetapi juga memberikan ruang bagi perempuan untuk tetap berdaya dalam peran apa pun," kata Sabila.

Sebagai sesama perempuan yang membangun usaha sejak usia muda, Sabila membagikan tiga prinsip penting bagi siapa pun yang ingin terjun ke industri fesyen:

  • Jangan takut gagal: Eksekusi adalah kunci utama dari semua ide bisnis. Proses jatuh bangun dalam menjalankan bisnis justru akan membuat brand berkembang.
  • Bangun identitas brand yang kuat: Setiap brand harus mengetahui dan memahami pesan yang ingin disampaikan kepada target pasar mereka.
  • Konsisten dan adaptif: Di tengah dunia yang terus berubah, adaptasi adalah kunci untuk bertahan di industri fesyen Indonesia. Tren, cara belanja, dan bahkan komunikasi dengan konsumen berubah dengan cepat. Oleh karena itu, penting untuk terus belajar, tetap fleksibel, dan tidak cepat puas. Nikmati setiap prosesnya, karena dari jatuh bangun itulah kita tumbuh.