Festival Rimpu Mantika Kota Bima: Memacu Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Lokal
Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, kembali semarak dengan penyelenggaraan Festival Rimpu Mantika 2025. Festival yang bertujuan untuk memperkenalkan keindahan budaya Bima kepada dunia ini sukses menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara.
Sejak dibuka pada Kamis, 24 April 2025, festival ini menyuguhkan beragam atraksi seni budaya yang memukau. Sebanyak 16 sanggar seni dari seluruh Kota Bima turut ambil bagian, menampilkan kebolehan mereka di hadapan para pengunjung yang antusias. Selain pertunjukan seni, festival ini juga menghadirkan bazar ekonomi kreatif yang menjajakan berbagai produk lokal hasil karya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Rombongan wisatawan asing terlihat sangat tertarik dengan produk-produk unik tersebut.
Kehadiran stan kuliner dari berbagai organisasi paguyuban seperti Jawa, Lombok, dan Makassar turut memeriahkan festival. Para pengunjung dapat menikmati hidangan khas dari berbagai daerah di Indonesia, menambah daya tarik Festival Rimpu Mantika.
Direktur Fashion Kementerian Ekonomi Kreatif, Rohani Astuti, dalam sambutannya saat membuka festival, menekankan pentingnya kolaborasi antara seni, budaya, dan inovasi. Menurutnya, festival seperti Rimpu Mantika bukan hanya berfungsi sebagai pelestari warisan budaya, tetapi juga sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Rohani berharap festival ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah, mengingat ekonomi kreatif adalah sektor masa depan yang bertumpu pada ide, inovasi, dan keberanian berekspresi.
Rohani mencontohkan bagaimana Rimpu Mantika melibatkan berbagai subsektor ekonomi kreatif, mulai dari fashion, musik, kuliner, seni pertunjukan, hingga fotografi. Hal ini menunjukkan potensi besar festival ini dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Bima.
Wali Kota Bima, A Rahman H Abidin, menyampaikan bahwa Festival Rimpu Mantika merupakan wadah ekspresi budaya dan kolaborasi ekonomi kreatif, sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata Kota Bima. Festival kali ini dirancang lebih inklusif, penuh warna, dan sarat akan makna filosofis peradaban masyarakat Bima. Rahman menjelaskan bahwa rimpu bukan sekadar kain tenun yang dililitkan, melainkan simbol kehormatan dan ketundukan terhadap nilai dan moral perempuan Bima. Baginya, rimpu adalah permata, dan Kota Bima adalah tempat yang menjaga kilaunya.
Kembalinya Rimpu Mantika dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN) menjadi kebanggaan sekaligus tantangan bagi daerah untuk menyelenggarakan festival yang berkualitas. Rahman menegaskan bahwa penyelenggaraan festival rimpu adalah wujud dukungan pemerintah daerah terhadap visi pembangunan berbasis budaya dan kearifan lokal. Pemerintah daerah meyakini bahwa budaya bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga kunci untuk menatap masa depan.
Puncak acara Festival Rimpu Mantika dimeriahkan dengan pawai yang melibatkan ribuan peserta dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat umum, pegawai pemerintahan, BUMN, BUMD, satuan pendidikan, serta 17 organisasi paguyuban di Kota Bima. Para peserta dengan bangga mengenakan rimpu dari kain tenun lokal, berjalan beriringan dari lapangan Paruga Nae menuju lapangan Serasuba Kota Bima.