Para Taipan AS Berbalik Arah, Kecam Kebijakan Tarif Trump yang Dinilai Merugikan

Gelombang kritik terhadap kebijakan tarif yang digagas oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, semakin deras. Sejumlah tokoh bisnis terkemuka yang sebelumnya mendukung Trump kini secara terbuka menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap potensi dampak negatif kebijakan tersebut terhadap perekonomian global.

Bill Ackman, seorang investor kawakan yang dulunya merupakan pendukung setia Trump, kini melontarkan peringatan keras. Melalui platform media sosial X, Ackman menyebut kebijakan tarif baru Trump sebagai sebuah "perang nuklir ekonomi". Ia khawatir bahwa implementasi tarif akan membekukan investasi bisnis dan membuat konsumen enggan berbelanja.

Ackman menambahkan, kebijakan tarif yang diterapkan secara serampangan dapat merusak reputasi Amerika Serikat di mata dunia. Ia memperkirakan, pemulihan kepercayaan dari negara-negara lain akan memakan waktu bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun.

Kritik serupa juga datang dari Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase. Dalam surat tahunannya kepada para pemegang saham, Dimon memperingatkan bahwa tarif dapat memicu kenaikan harga, mendorong ekonomi global ke jurang resesi, dan melemahkan posisi Amerika Serikat di panggung dunia. Dimon menilai, kebijakan tarif yang baru-baru ini diterapkan berpotensi meningkatkan inflasi dan meningkatkan risiko resesi yang lebih besar.

"Apakah daftar tarif menyebabkan resesi atau tidak masih menjadi pertanyaan, tetapi itu akan memperlambat pertumbuhan," ungkap Dimon.

Stanley Druckenmiller, pendiri Duquesne Family Office, juga menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap rencana tarif Trump yang melebihi 10%.

Kebijakan tarif yang dimaksud adalah rencana Trump untuk mengenakan tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang dari negara-negara yang dianggap tidak adil dalam praktik perdagangan. Trump berpendapat bahwa tarif ini akan melindungi industri Amerika Serikat dan menciptakan lapangan kerja.

Namun, para kritikus berpendapat bahwa tarif justru akan merugikan konsumen Amerika Serikat karena harga barang-barang impor akan naik. Selain itu, mereka juga khawatir bahwa negara-negara lain akan membalas dengan mengenakan tarif terhadap barang-barang Amerika Serikat, yang dapat memicu perang dagang.

Berikut poin-poin kekhawatiran para konglomerat:

  • Inflasi: Tarif impor dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa, yang pada akhirnya akan membebani konsumen.
  • Resesi: Perang dagang yang dipicu oleh tarif dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global dan bahkan memicu resesi.
  • Kerusakan Reputasi: Kebijakan tarif yang agresif dapat merusak citra Amerika Serikat sebagai mitra dagang yang dapat diandalkan.
  • Investasi Terhenti: Ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang dapat membuat perusahaan enggan berinvestasi.
  • Konsumsi Menurun: Kenaikan harga dan ketidakpastian ekonomi dapat membuat konsumen mengurangi pengeluaran mereka.

Para taipan ini menyerukan agar pemerintah Amerika Serikat mempertimbangkan kembali kebijakan tarif dan mencari solusi yang lebih konstruktif untuk mengatasi masalah perdagangan.