Dominasi China dan Peta Baru Produsen Logam Tanah Jarang Global
Pergeseran Lanskap Produksi Logam Tanah Jarang Global di Tahun 2024
Sektor mineral strategis global mengalami lonjakan signifikan dalam produksi logam tanah jarang (LTJ) pada tahun 2024, mencapai angka 390.000 ton metrik. Peningkatan ini menandai hampir tiga kali lipat produksi dibandingkan tahun 2017 yang hanya sebesar 132.000 ton metrik. Pertumbuhan pesat ini mencerminkan permintaan global yang terus meningkat, didorong oleh perkembangan teknologi di berbagai industri.
Logam tanah jarang, seperti Neodymium, Dysprosium, Praseodymium, dan Yttrium, memainkan peran penting dalam teknologi modern. LTJ adalah komponen kunci dalam produksi kendaraan listrik (EV), sistem energi terbarukan, teknologi militer, dan perangkat elektronik canggih. Dengan permintaan yang terus meningkat, negara-negara di seluruh dunia berlomba untuk mengamankan rantai pasokan LTJ melalui peningkatan produksi domestik dan diversifikasi sumber impor.
Dominasi China dan Munculnya Pesaing Baru
China tetap menjadi produsen LTJ terbesar di dunia pada tahun 2024, dengan produksi mencapai 270.000 ton metrik. Negara ini fokus pada produksi LTJ ringan, seperti Neodymium dan Praseodymium, yang digunakan dalam pembuatan magnet berkekuatan tinggi. Pemerintah China menerapkan sistem kuota nasional dan regulasi baru untuk mengendalikan produksi dan memastikan keberlanjutan pasokan.
Amerika Serikat (AS) berada di posisi kedua dengan produksi 45.000 ton metrik, yang seluruhnya berasal dari tambang Mountain Pass di California. Pemerintah AS menganggap LTJ sebagai mineral kritis dan berencana memberlakukan tarif impor terhadap magnet LTJ asal China. Upaya ini mencerminkan keinginan AS untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan LTJ dari China.
Myanmar meskipun mengalami penurunan produksi, tetap menjadi pemasok utama LTJ berat ke China, termasuk Dysprosium dan Terbium. Namun, praktik penambangan di Myanmar sering dikaitkan dengan masalah lingkungan dan konflik bersenjata.
Australia muncul sebagai pemain kunci di luar China, didukung oleh cadangan besar dan kebijakan pemerintah yang mendukung. Beberapa proyek pertambangan dan pemurnian LTJ di Australia menerima pendanaan dari pemerintah federal.
Nigeria dan Thailand menunjukkan pertumbuhan produksi yang signifikan pada tahun 2024. Nigeria menjadi salah satu produsen LTJ utama, dan pemerintahnya menjalin kerjasama dengan Prancis untuk mengembangkan sektor mineral kritis. Thailand mengalami pertumbuhan produksi yang pesat dan menjadi basis produksi kendaraan listrik, didukung oleh investasi dari perusahaan seperti BYD.
Tantangan dan Peluang di Negara Lain
India memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi LTJ berkat cadangan pasir mineral di pesisirnya. Keikutsertaan India dalam Minerals Security Partnership (MSP) menunjukkan komitmennya untuk mengembangkan pasokan LTJ yang berkelanjutan.
Produksi LTJ Rusia relatif stagnan, meskipun negara ini menargetkan peningkatan pangsa pasar global. Proyek-proyek besar di Rusia menghadapi tantangan akibat konflik kepentingan antara pemerintah dan sektor swasta.
Madagaskar memiliki potensi besar berkat cadangan LTJ di Semenanjung Ampasindava. Namun, ekspansi produksi di Madagaskar terkendala oleh protes masyarakat lokal dan kekhawatiran terhadap dampak lingkungan.
Vietnam berambisi meningkatkan produksi LTJ secara signifikan pada tahun-tahun mendatang. Namun, skandal korupsi pada tahun 2023 menyebabkan perlambatan ekspansi sektor ini dan memicu kehati-hatian investor.
Secara keseluruhan, lanskap produksi LTJ global mengalami perubahan signifikan pada tahun 2024. China tetap menjadi pemain dominan, tetapi negara-negara lain seperti AS, Australia, Nigeria, dan Thailand menunjukkan pertumbuhan produksi yang menjanjikan. Tantangan dan peluang terus muncul di berbagai negara, yang memengaruhi dinamika pasokan LTJ global.
Daftar Negara Penghasil Logam Tanah Jarang Terbesar 2024:
- China – 270.000 Ton Metrik
- Amerika Serikat (AS) – 45.000 Ton Metrik
- Myanmar – 31.000 Ton Metrik
- Australia – 13.000 Ton Metrik
- Nigeria – 13.000 Ton Metrik
- Thailand – 13.000 Ton Metrik
- India – 2.900 Ton Metrik
- Rusia – 2.500 Ton Metrik
- Madagaskar – 2.000 Ton Metrik
- Vietnam – 300 Ton Metrik