Kisah Inspiratif Rabi'ah al-Adawiyah: Keteguhan Iman yang Membuat Malaikat Iri
Rabi'ah al-Adawiyah, seorang sufi wanita yang masyhur dengan kezuhudan dan pengabdiannya yang tulus kepada Allah SWT, menjadi teladan bagi umat Islam sepanjang zaman. Kisah hidupnya, yang penuh dengan cobaan dan kesabaran, menginspirasi banyak orang untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Terlahir dalam kemiskinan di kota Basrah, Rabi'ah merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Kehilangan kedua orang tuanya di usia muda menjadikannya seorang yatim piatu di tengah kondisi sosial yang sulit. Bencana kelaparan yang melanda Basrah memisahkan Rabi'ah dari saudara-saudaranya, hingga ia jatuh ke tangan seorang penjahat yang kemudian menjualnya sebagai budak.
Sebagai seorang budak, Rabi'ah mengalami perlakuan yang kejam dari majikannya. Meskipun demikian, ia tidak pernah kehilangan keyakinannya kepada Allah SWT. Dalam kesendiriannya, ia senantiasa berdoa dan mengadu kepada-Nya. Suatu ketika, saat tangannya terkilir akibat pekerjaan berat, Rabi'ah mengungkapkan keluh kesahnya kepada Allah SWT. Ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang asing di negeri orang, yatim piatu, dan menjadi budak yang tidak berdaya. Namun, ia menegaskan bahwa satu-satunya yang ia harapkan adalah keridhaan Allah SWT.
Tiba-tiba, sebuah suara gaib menghibur Rabi'ah, menyatakan bahwa ia akan dimuliakan di kemudian hari hingga membuat para malaikat pun merasa iri. Sejak saat itu, Rabi'ah semakin tekun beribadah. Ia menghabiskan siang harinya untuk bekerja sambil berpuasa, dan malam harinya ia gunakan untuk berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT.
Keteguhan iman dan ketulusan Rabi'ah dalam beribadah akhirnya membuahkan hasil. Sang majikan, yang terkesan dengan kesalehannya, membebaskannya dari perbudakan. Setelah bebas, Rabi'ah memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah. Perjalanan yang berat dan penuh rintangan tidak menyurutkan niatnya. Dengan pertolongan Allah SWT, ia berhasil sampai ke Tanah Suci dan melaksanakan ibadah haji.
Di usia senjanya, Rabi'ah al-Adawiyah menghabiskan waktunya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ketika ajal menjemput, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Konon, saat para sahabat meninggalkan kamarnya seorang diri, terdengar suara Rabi'ah mengucapkan kalimat perpisahan dengan dunia. Ia kembali kepada Tuhannya dengan jiwa yang tenang.
Setelah kematiannya, seseorang bermimpi bertemu dengan Rabi'ah. Dalam mimpi tersebut, ia bertanya kepada Rabi'ah tentang pengalamannya saat menghadapi Malaikat Munkar dan Nakir. Rabi'ah menjawab bahwa ia meminta kedua malaikat itu untuk menyampaikan pesannya kepada Allah SWT. Ia berpesan agar Allah SWT tidak melupakan seorang wanita tua yang lemah di antara jutaan makhluk-Nya. Rabi'ah menegaskan bahwa ia hanya memiliki Allah SWT di dunia ini dan tidak pernah melupakan-Nya. Ia bertanya mengapa Allah SWT mengirim utusan hanya untuk menanyakan siapa Tuhannya.
Rabi'ah melanjutkan doanya, mengungkapkan bahwa jika ia menyembah Allah SWT karena takut neraka, maka ia rela dibakar di dalamnya. Jika ia menyembah Allah SWT karena mengharapkan surga, maka ia rela dicampakkan dari sana. Namun, jika ia menyembah Allah SWT demi Allah SWT semata, maka ia berharap Allah SWT berkenan memperlihatkan keindahan wajah-Nya yang abadi kepadanya.
Kisah Rabi'ah al-Adawiyah adalah cermin bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Rabi'ah al-Adawiyah dan memberikan kita kekuatan untuk meneladani keteguhan imannya.