Infrastruktur Memprihatinkan di Perbatasan Kaltara: Gubernur Zainal Ungkap Ketergantungan pada Malaysia

Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang, menyampaikan keprihatinannya mengenai kondisi infrastruktur di wilayah perbatasan Kaltara. Dalam rapat bersama Komisi II DPR, Zainal mengungkapkan bahwa minimnya infrastruktur dasar telah menyebabkan ketergantungan masyarakat pada negara tetangga, Malaysia, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

"Kondisi jalan sangat memprihatinkan. Perjalanan 60 kilometer bisa memakan waktu hingga enam jam," ujar Zainal. Ia membandingkan kondisi tersebut dengan perjalanan Jakarta-Bogor yang jauh lebih singkat. Lebih lanjut, Zainal menjelaskan bahwa banyak jembatan yang putus, memaksa masyarakat untuk membangun jembatan darurat dari batang kayu seadanya.

Untuk meringankan beban masyarakat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara telah memberikan subsidi angkutan orang dan barang. "Setiap tahun kami menganggarkan Rp 15 miliar untuk subsidi ini. Namun, dengan adanya efisiensi anggaran, kemungkinan subsidi tahun ini akan berkurang," jelasnya.

Selain masalah infrastruktur jalan dan jembatan, Zainal juga menyoroti penggunaan kendaraan bermotor dengan pelat nomor Malaysia di wilayah perbatasan. Menurutnya, hal ini menunjukkan adanya permasalahan terkait aksesibilitas dan harga material yang tinggi di daerah tersebut. Ia berharap dapat berdiskusi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan untuk mencari solusi terkait status kendaraan-kendaraan tersebut.

Zainal menambahkan, akses darat yang belum memadai di sejumlah wilayah membuat masyarakat bergantung pada transportasi udara atau sungai. Meski demikian, ia bersyukur bahwa masyarakat Kaltara masih memiliki rasa cinta terhadap Indonesia. "Untung mereka masih NKRI, meski kebutuhan perutnya dipenuhi oleh Malaysia. Sebagai negara besar, kita seharusnya malu dengan ketergantungan ini. Namun, kondisi keuangan kita saat ini belum memungkinkan untuk menjangkau seluruh kebutuhan masyarakat di perbatasan," tuturnya.

Dengan nada sedih, Zainal menggambarkan pengalamannya selama tiga hari dua malam di tengah hutan, di mana ia harus mengonsumsi nasi basi. Ia membayangkan bagaimana kondisi masyarakatnya yang harus menghadapi situasi serupa setiap hari. Zainal berharap, dengan melihat video-video yang ia miliki, para anggota dewan dapat merasakan keprihatinan yang sama terhadap kondisi masyarakat di Kalimantan Utara.

  • Minimnya infrastruktur dasar.
  • Ketergantungan masyarakat pada negara tetangga.
  • Banyak jembatan yang putus.
  • Subsidi angkutan orang dan barang.
  • Penggunaan kendaraan bermotor dengan pelat nomor Malaysia.
  • Akses darat yang belum memadai.
  • Kondisi keuangan yang belum memungkinkan.