Batik Umi Aiman: Menggali Inspirasi Ikonik Tangerang dalam Setiap Motif
Yati Monalisa, seorang wanita asal Pekalongan, tidak pernah benar-benar meninggalkan dunia batik. Dari pengalamannya sebagai SPG batik hingga kini menjadi seorang pengusaha batik yang sukses. Usahanya yang diberi nama Batik Umi Aiman, memiliki ciri khas motif ikonik Kota Tangerang.
Dimulai pada Desember 2023, usaha Yati berkembang dengan pesat. Ia telah menerima pesanan seragam dari beberapa Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) di Tangerang Kota, terutama di tingkat kecamatan. Ide bisnis ini muncul ketika Yati berpartisipasi dalam acara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Larangan, tempat tinggalnya.
Yati bercerita bahwa setelah anaknya beranjak dewasa, ia mencari kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu. Karena kemampuannya dalam membatik, ia memutuskan untuk memulai bisnis batik. Setelah mengikuti UMKM di kecamatan, ia mendapatkan saran untuk membuat motif yang unik.
Membuat motif bukanlah hal yang sulit bagi Yati, karena ia memiliki latar belakang keluarga pembatik. Ibunya adalah seorang pembatik, dan kakaknya memiliki pabrik batik. Yati memanfaatkan pabrik kakaknya untuk produksi dalam jumlah besar. Dia memproduksi sendiri batik tulis di rumahnya, sementara untuk batik cap, ia masih bekerja sama dengan kakaknya di Pekalongan karena keterbatasan tempat produksi.
Sejak awal memulai bisnis, Yati fokus pada desain yang berkaitan dengan Kota Tangerang. Ia mengambil inspirasi dari tempat-tempat ikonik dan budaya di Tangerang Kota, antara lain:
- Masjid Al Azhom
- Jam Gede Jasa
- Jembatan Berendeng
- Perahu Naga
- Pintu Air Sepuluh
- Penari Lenggang Cisadane
Kreasi Batik Umi Aiman sering kali menjadi sorotan karena mengangkat potensi wisata dan menjadi oleh-oleh khas Kota Tangerang. Motif-motifnya semakin beragam dengan kolaborasi bunga kecapi. Dalam setahun, Yati telah menciptakan empat motif yang berbeda.
Baru-baru ini, Yati menerima pesanan seragam untuk para camat di seluruh Tangerang Kota. Dia juga pernah menerima pesanan seragam untuk Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Tangerang. Yati merasa bangga karena karyanya semakin dikenal dan dihargai.
Pengalaman Yati di dunia batik dimulai sebagai Sales Promotion Girl (SPG) di Batik Keris pada tahun 2002-2003. Setelah itu, ia berhenti bekerja dan mengajar les membatik. Pada tahun 2006, Yati kembali bekerja di event organizer (EO) yang berkaitan dengan UMKM, termasuk batik. Kemudian pada tahun 2012, ia berhenti bekerja karena hamil anak pertama dan menjadi ibu rumah tangga. Meskipun demikian, ia tetap berjualan daster batik untuk menambah pendapatan keluarga.
Pada tahun 2023, Yati kembali memulai bisnis batik. Ia merasa bahwa batik sudah menjadi bagian dari dirinya.
Selain berbisnis, Yati juga meluangkan waktu untuk mengajar. Ia sering diminta untuk mengajar batik di sekolah-sekolah di sekitar rumahnya. Ia juga membuka kelas membatik gratis untuk anak-anak tetangga, menggunakan bahan-bahan sisa produksi. Tidak hanya itu, Yati juga memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang selama enam bulan.
Ke depannya, Yati berharap dapat membina talenta-talenta muda untuk mengembangkan batik di Kota Tangerang. Dengan begitu, batik dengan motif khas Tangerang akan terus ada dan berkembang.
Yati juga aktif menjadi salah satu UMKM yang dibina oleh BRI melalui kerjasama dengan Asosiasi Industri Kreatif dan Pelaku Usaha (ASIPA) Tangerang Selatan. Ia mengikuti pelatihan-pelatihan online dan merasa membutuhkan pembinaan yang lebih intensif. Melalui ASIPA Tangsel, ia dapat mengakses pelatihan UMKM di Rumah BUMN BRI Jakarta.
ASIPA Tangsel sering mengadakan bazar dan pameran. Yati berpartisipasi dalam Bazar UMKM Tangerang Raya di BRI Kanwil Jakarta 3. Nia Alina, Ketua ASIPA Tangsel dan Ketua Bidang Promosi ASIPA Banten, mengajak Yati bergabung karena produknya mengangkat ciri khas Tangerang Kota. Bazar ini diadakan rutin setiap bulan dan diharapkan dapat memperkenalkan produk-produk lokal Tangerang Raya ke seluruh Indonesia, bahkan luar negeri.