Menkes Soroti Sistem Pendidikan Kedokteran: Senior Dominasi Pengajaran, Potensi Bullying Meningkat

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyoroti praktik pengajaran di lingkungan pendidikan kedokteran yang dinilai kurang ideal. Dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Budi mengungkapkan kekhawatirannya mengenai dominasi peran senior dalam proses pembelajaran, yang menurutnya dapat memicu terjadinya bullying.

Budi menjelaskan bahwa di banyak rumah sakit pendidikan, pengajaran tidak dilakukan oleh guru atau dosen yang berkompeten, melainkan oleh dokter senior. Situasi ini, lanjutnya, menciptakan kondisi di mana relasi kuasa antara senior dan junior menjadi tidak seimbang, membuka celah bagi praktik bullying.

"Kenapa bullying terjadi? Karena senior yang menentukan," tegas Budi. Ia menambahkan bahwa kesibukan para guru atau dosen menyebabkan mereka tidak dapat mengawasi langsung proses pembelajaran, sehingga peran pengawasan beralih kepada senior.

Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah mengembangkan sistem baru dalam pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Sistem ini akan menggunakan e-logbook untuk memantau perkembangan belajar dokter spesialis secara komprehensif.

Melalui e-logbook, Kemenkes dapat melacak alasan kelulusan atau ketidaklulusan seorang dokter spesialis. Sistem ini akan mencatat secara detail kinerja dokter, misalnya keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan demikian, kelulusan tidak lagi bergantung pada subjektivitas senior.

"Dulu lulus nggak lulus susah kalau dokter spesialis, nggak lulus kenapa? Saya nggak suka, nanti nggak, kita lihat, melakukan operasi usus buntu, bener nggak operasinya, berhasil atau nggak, kalau dia dari 10 berhasil 10, kalau dia nggak lulus itu akan kelihatan karena semuanya by sistem dan dijaga dua orang," jelas Budi.

Selain itu, sistem yang baru ini juga akan melibatkan mekanisme feedback 360 derajat. Artinya, kelulusan senior akan dinilai oleh juniornya secara anonim. Hal ini diharapkan dapat mencegah praktik bullying atau pelecehan seksual yang selama ini sulit dilaporkan.

"Kalau seniornya mau lulus itu ada feedback dari bawahannya dari juniornya dan ini dibikin anonimous, kita bisa tahu kalau ada redflag, oh seniornya bisa seksual itu kan terkenal sekali kan, yang junior nggak bisa apa-apa kalau nggak dikasih jadi susah nggak bisa lulus," ujarnya.

Budi menekankan bahwa sistem yang dikembangkan oleh Kemenkes ini mengadopsi standar internasional. Ia berharap sistem ini dapat menciptakan lingkungan pendidikan kedokteran yang lebih sehat dan profesional.