Ancaman Tersembunyi: Pemanasan Global Picu Peningkatan Emisi Metana dari Lahan Basah
Peran Lahan Basah Berubah Akibat Kenaikan Suhu Global
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan Smithsonian AS mengungkapkan bahwa pemanasan global berpotensi mengubah fungsi lahan basah. Lahan basah yang selama ini dikenal sebagai penyerap metana alami, terancam menjadi sumber emisi gas rumah kaca yang signifikan akibat peningkatan suhu.
Penelitian ini berfokus pada aktivitas mikroba anaerobik yang hidup di lahan basah pesisir payau. Mikroba jenis ini, yang hidup di lingkungan tanpa oksigen, berperan penting dalam mengonsumsi metana dengan mengambil oksigen dari molekul sulfat. Dalam kondisi normal, mikroba ini mampu menghilangkan hingga 12 persen metana di sekitar lahan basah, bahkan lebih efektif dibandingkan mikroba di area dengan oksigen bebas. Di area dengan kadar sulfat tinggi, kemampuan mereka menghilangkan metana bisa mencapai 70 persen.
Eksperimen Pemanasan Global di Lahan Basah
Untuk memahami dampak pemanasan global terhadap mikroba tersebut, para ilmuwan melakukan eksperimen di Smithsonian Environmental Research Center (SERC) di Maryland. Mereka menggunakan lampu inframerah dan kabel bawah tanah untuk meningkatkan suhu di sebagian area lahan basah sebesar 5,1 derajat Celsius. Eksperimen yang dinamakan Salt Marsh Accretion Response to Temperature eXperiment (SMARTX) ini juga meningkatkan kadar karbon dioksida untuk mensimulasikan kondisi pemanasan global yang lebih akurat.
Peningkatan Emisi Metana yang Mengkhawatirkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu menyebabkan mikroba tanah penghasil metana memproduksi lebih banyak metana. Sementara itu, mikroba anaerobik yang bertugas menghilangkan metana tidak mampu mengimbangi laju produksi yang meningkat, sehingga emisi metana melonjak hingga empat kali lipat dibandingkan kondisi normal. Temuan ini mengindikasikan bahwa pemanasan global dapat mengubah lahan basah, yang sebelumnya berfungsi sebagai penyerap metana, menjadi sumber emisi yang signifikan.
Kenaikan kadar karbon dioksida juga berkontribusi pada peningkatan emisi metana, yaitu sekitar dua kali lipat dibandingkan kondisi normal. Hal ini diduga karena kadar karbon dioksida yang lebih tinggi memicu pertumbuhan sistem perakaran yang lebih besar pada tumbuhan. Akar-akar ini kemudian membawa lebih banyak oksigen ke dalam tanah, yang pada gilirannya memicu produksi metana.
Implikasi dan Seruan untuk Tindakan
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena metana merupakan kontributor terbesar kedua terhadap pemanasan global setelah karbon dioksida. Jika emisi metana dari lahan basah tidak diperhitungkan, upaya pengurangan emisi gas rumah kaca yang hanya berfokus pada karbon dioksida mungkin tidak efektif dalam mencapai tujuan pengendalian perubahan iklim.
Para ilmuwan menekankan pentingnya memahami dampak pemanasan terhadap penyerapan dan emisi metana di lahan basah. Hal ini penting bagi para konservasionis dan pembuat kebijakan untuk melestarikan ekosistem ini dengan lebih baik.
Lahan basah pesisir memiliki nilai yang besar dalam kepentingan iklim, terutama mengingat berbagai layanan ekosistem yang mereka berikan kepada manusia. Oleh karena itu, konservasi dan restorasi lahan basah menjadi krusial. Perubahan iklim akan memengaruhi proses mikrobial yang rumit dan akan menentukan apakah lahan basah akan menjadi penyerap atau sumber emisi metana yang lebih besar di masa depan.