Pendaki Nekat Dievakuasi Dua Kali dari Gunung Fuji Akibat Hipotermia dan Penyakit Ketinggian
Gunung Fuji, ikon Jepang yang megah, kembali menjadi sorotan setelah seorang pendaki mengalami nasib nahas dan harus dievakuasi dua kali dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Insiden ini menggarisbawahi bahaya pendakian di luar musim resmi, di mana kondisi cuaca ekstrem dan medan yang berat dapat mengancam keselamatan jiwa.
Peristiwa bermula ketika seorang mahasiswa asal Tiongkok yang menetap di Jepang, berusia 20-an, pertama kali diselamatkan pada tanggal 22 April dari lereng Gunung Fuji. Evakuasi dilakukan melalui jalur udara. Selang beberapa hari, tepatnya pada tanggal 26 April, pendaki tersebut kembali ditemukan oleh pendaki lain di ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut. Kondisinya saat itu memprihatinkan. Juru bicara kepolisian Shizuoka mengungkapkan bahwa yang bersangkutan diduga menderita penyakit ketinggian dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Alasan di balik pendakian kedua ini terbilang mengejutkan. Diketahui bahwa mahasiswa tersebut nekat kembali mendaki Gunung Fuji pada tanggal 25 April, hanya berselang tiga hari dari penyelamatan pertamanya, dengan tujuan untuk mencari telepon selulernya yang tertinggal saat proses evakuasi sebelumnya. Upaya pencarian ponsel ini justru membawanya pada situasi yang lebih berbahaya, mengancam nyawanya sendiri.
Media lokal Jepang seperti TBS dan VN Express mengindikasikan bahwa kemungkinan besar orang yang dievakuasi dalam dua insiden terpisah ini adalah individu yang sama. Kesimpulan ini didasarkan pada kemiripan detail insiden dan lokasi kejadian. Namun, pihak kepolisian belum memberikan konfirmasi resmi terkait identitas pendaki tersebut.
Terlepas dari apakah upaya pencarian ponsel tersebut berhasil atau tidak, tindakan nekat ini kembali menyoroti risiko besar yang terkait dengan pendakian Gunung Fuji di luar musim pendakian resmi. Gunung dengan ketinggian 3.776 meter di atas permukaan laut ini umumnya hanya dibuka untuk pendakian dari awal Juli hingga awal September. Di luar periode tersebut, cuaca ekstrem, termasuk suhu dingin yang menusuk tulang, jalur pendakian berbatu yang curam, dan risiko penyakit ketinggian, menjadi ancaman serius bagi para pendaki.
Insiden ini menjadi pengingat bagi para pendaki untuk selalu mematuhi aturan dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh otoritas terkait, serta mempersiapkan diri dengan matang sebelum melakukan pendakian, terutama di luar musim resmi. Keselamatan jiwa harus menjadi prioritas utama, dan tindakan ceroboh yang didorong oleh alasan sepele dapat berakibat fatal.