Dedi Mulyadi Rangkul Orang Tua, Tawarkan Pendidikan Militer untuk Siswa Bermasalah

Di Purwakarta, Dedi Mulyadi, seorang tokoh publik Jawa Barat, mengambil inisiatif unik dengan mengunjungi kompleks Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9 di Desa Ciwangi, Kecamatan Bungursari. Kunjungannya kali ini bukan inspeksi militer biasa, melainkan untuk menyambut 39 siswa SMP yang akan mengikuti program pendidikan militer khusus yang dirancang untuk menangani pelajar dengan masalah perilaku.

Program ini menyasar siswa yang terlibat dalam berbagai pelanggaran, mulai dari perkelahian pelajar, ketidakdisiplinan, hingga tindakan yang dianggap tidak pantas oleh orang tua. Namun, sorotan utama tertuju pada pendekatan Dedi Mulyadi dalam meyakinkan para orang tua untuk mempercayakan anak-anak mereka ke dalam lingkungan pendidikan semi-militer yang terstruktur.

Dengan pendekatan yang sangat personal, Dedi Mulyadi secara intensif berdialog dengan setiap orang tua, berusaha memahami latar belakang keluarga dan dinamika yang mempengaruhi perilaku anak-anak mereka. Ia mendengarkan keluh kesah, harapan, dan kekhawatiran mereka, menciptakan ruang kepercayaan yang memungkinkan para orang tua untuk terbuka tentang masalah yang mereka hadapi.

Dalam dialog-dialog tersebut, terungkap berbagai permasalahan yang dihadapi para siswa, mulai dari terlibat perkelahian di lingkungan tempat tinggal, kecanduan gawai, hingga masalah keluarga yang kompleks. Seorang ibu dari Desa Cibodas menceritakan bagaimana putranya terlibat tawuran di area persawahan dan ia sudah tidak mampu lagi mengendalikan anaknya, apalagi setelah perceraian dan kini anaknya diasuh oleh neneknya.

Dedi Mulyadi menekankan bahwa program ini bukanlah hukuman, melainkan kesempatan bagi para siswa untuk mendapatkan lingkungan yang terstruktur dan disiplin, di mana mereka tetap dapat belajar dan mengembangkan diri. Ia meyakinkan para orang tua bahwa anak-anak mereka tetap berstatus pelajar, hanya saja lokasi belajarnya dipindahkan ke kompleks resimen.

Ia juga memberikan saran praktis kepada orang tua, seperti tidak memberikan uang jajan berlebihan, membatasi penggunaan gawai, dan tidak sering menjenguk anak-anak mereka di resimen pada minggu-minggu awal program. Hal ini bertujuan untuk membantu para siswa beradaptasi dengan lingkungan baru dan membangun kemandirian.

Dalam suasana yang santai dan penuh keakraban, Dedi Mulyadi berhasil meredakan keraguan dan kekhawatiran para orang tua. Ia menjelaskan secara rinci tentang pola pendidikan yang akan diterapkan, meliputi kegiatan belajar mengajar formal, latihan fisik, pembinaan mental, dan kegiatan keagamaan. Ia menjamin bahwa anak-anak mereka akan mendapatkan makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan bimbingan yang tepat untuk mengembangkan potensi mereka.

Menariknya, Dedi Mulyadi mencatat bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti program ini berasal dari keluarga yang mengalami perceraian dan tinggal bersama kakek dan nenek mereka. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keluarga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk perilaku anak-anak. Program pendidikan militer ini diharapkan dapat memberikan lingkungan yang stabil dan mendukung bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab.

Secara keseluruhan, pendekatan Dedi Mulyadi dalam meyakinkan orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka ke pendidikan militer menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan karakter dan pembinaan generasi muda. Ia tidak hanya menawarkan solusi instan, tetapi juga berupaya memahami akar permasalahan dan memberikan dukungan yang komprehensif bagi para siswa dan keluarga mereka.

Fasilitas yang Didapatkan Siswa:

  • Pendidikan Formal
  • Pembinaan Mental
  • Pelatihan Fisik
  • Makanan Bergizi
  • Kegiatan Keagamaan
  • Pendampingan Psikologis